Don-Donan

Don-Donan adalah dedaunan dalam bahasa Balinya yang merupakan salah satu bagian dari taru sebagaimana tertuang dalam Lontar Aji Janantaka dan Taru Pramana.
Dan kalau kita hubungkan antara sumber-sumber kitab suci tentang penggunaan daun sebagai dasar sarana persembahyangan dan sarana upacara keagamaan lainnya, memang benar, sudah searah meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Seperti halnya dalam upacara ngangget dot bingin yang dalam upacara atma wedana digunakan sebagai bahan puṣpaśarīra.
Disinilah disebutkan dalam sebuah Makalah (Fungsi dan Makna Daun dalam Yajna) letak keluwesan ajaran Hindu yang tidak kaku itu, pada bentuk penampilannya tetapi yang diutamakan yaitu masalah isi dalam bentuk arah, azas harus tetap konsisten dengan isi kitab suci Weda.
Jika semua perasarana sudah lengkap dan sudah diaturkan oleh sang Pandita juga Sang Hyang Widhi bisa melingga dibanten itu.
Seperti yang terlihat dibawah canang dan banten terdapat didisi daun kayu atau plawa dan daun sebagainya yang terdapat pada upacara yajnya lain, karena tiap daun yang ada pada yajna tersebut memiliki makna yang sangat penting seperti.
  • Plawa atau daun kayu diisi pada bawah banten atau canang berfungsi sebagai lamakan atau tapakan yang bermakna untuk mengutamakan atas manah dan kemauan untuk beryajnya dengan tulus dan lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci juga ngulahaken wasana ikang enak yang artinya mencari kerahayuan karma menjadi baik.
  • Daun busung untuk membuat canang, ketupat, ketipat kelanan, daksina, lis bermakna hayuning hayu utama yang artinya mengutamakan mencari suatu kebahagiaan.
  • Daun ambengan atau alang-alang untuk upacara manusa, dewa yajna yang berfungsi untuk membuat mingmang juga kreawista yang bermakna ika petemuaning liang yang artinya awal pertemuaanya kebahagiaan dan untuk membersihkan unsur panca mahabuta unsur banten, canang, pelinggih dari keletuhan dan sifat maya.
  • Padang lepas bertujuan pada manusa yajna berfungsi meperlengkap isi banten utama yang bermakna ika jati wus putus yang artinya melepaskan diri pada ikatan duniawi.
  • Daun ancak terdapat pada banten berfungsi pada manusia yajnya yang bermakna ikang patemuaning rasaning hati yang artinya menemukan rasa sama-sama saling cinta kasih.
  • Daun wandira atau waringi fungsi untuk segala yajnya yang bermakna ikang apang sarwa tuungtung atau tattwa wit artinya untu menggapai suatu kebahagiaan yang paling terakhir atau menggapai samyang janana.
  • Don Biu atau Daun pisang berfungsi sebagai lamakan yang bermakana berdasarkan atas kesadaran mengatui rwabineda.
  • Daun priye terdapat pada sematu byekala yang dibawahnya terdapat tangkih dan diatasnya terdapat nasi dan lawar bermakna tri muti dan mngetahui sad rasa.
  • Daun sirih pada pada porosan melambangkan trimurti yang bermakna suatu sifat yang ada pada diri kita dan unsur panca mahabuta.
  • Daun pandan ron yang berfungsi pada ari-ari yang bermakna untuk tempat berteduhnya sanghyang ari-ari dan menjaga sang hyang ari-ari dari buta kala.
  • Dll
***