Makanan Satwik

Makanan Satwik adalah makanan yang bila dimakan memberikan energi ketenangan, kesehatan, kekuatan yang dapat dinikmati dengan penuh cinta.
Dan bagaimana mengolah makanan yang satwik itu;
Dalam pancaran vibrasi Tri Guna dikatakan bahwa pikiran yang ringan dan terang itu ciri orang sattwam dimana dalam masak makanan dengan penuh cinta disebutkan bahwa :
Saat bangun pagi, kekuatan tamas masih menguasai, rasa malas menggerogoti kita, bangunlah pergi minum teh/kopi/air jahe (Rajas), maka badan mulai jadi aktip, tapi jangan lupa makan karbohidrat dan buah-buahan/sayur-sayuran (satwam) agar energi aktif/agresif bisa dikuasai sehingga kita memiliki energi yang kuat dan pikiran yang tenang dan damai.
Bagaimana cara memasak makanan…? 
  • Sayuran dan buah-buahan (woh-wohan) mengandung energi prana yang lebih besar dibandingkan daging, 
  • Dan untuk mencerna daging membutuhkan energi yang berlipat ganda lebih banyak daripada mencerna sayuran dan buah-buahan.
Memasak sayuran jangan sampai berubah warna aslinya, dilakukan dengan hati yang bersih dan ikhlas
agar apa yang dimasak akan menjadi makanan yang suci bagi keluarga, kerabat dan teman-teman. 
Masaklah makanan dengan cinta
seperti Ibu memasak makanan untuk kita, masakan Ibu rasanya enak sekali, karena Ibu memasak makanan untuk kita dengan cinta.
Dan dalam meningkatkan kesehatan fisik dan energi spiritual, makanan satwika disebutkan tidak hanya berarti makanan yang dikonsumsi lewat mulut saja dan enak di lidah,
Tetapi juga udara bersih yang dihirup lewat hidung, pemandangan indah yang ditatap lewat mata, suara suci yang didengar lewat telinga, dan objek suci yang disentuh lewat kulit dan tangan. 
Semua objek Indera tersebut, tempat, dan waktu sangat berpengaruh terhadap keseimbangan mental, ketenangan hati, dan kesederhanaan pikiran dan prilaku karma kita. 
Karena itu, semua alat-alat Indera tempat masuknya rangsangan mesti dikendalikan. 
Karena tanpa pengendalian, manusia akan jatuh ke taraf binatang.
Semua itu harus dibiasakan, bukan sekedar bisa, karena semua orang memang bisa mengendalikan nafsunya, namun tidak jarang hanya sesaat.
Pada zaman dahulu, Hippocrates, seorang filosof Yunani kuno yang hidup sekitar tahun 500 SM menyerukan, 
“Let food be your medicine and medicine be your food!”. 
Para filosof kuno di Asia Timur juga menyebutkan makanan dan obat atau ubad sesungguhnya memiliki sumber yang sama. 
Atas dasar itu, sudah seharusnya manusia mengkonsumsi makanan yang menyehatkan fisik dan psikisnya, seperti makanan yang kaya akan vitamin, mineral, fitokimia, serta senyawa-senyawa bukan gizi (non nutritives) dan faktor-faktor penopang kesehatan lainnya.
Demikianlah disebutkan makanan yang satwik yang sukla yaitu suci dan bersih agar dapat memberikan energi ketenangan, kesehatan, kekuatan yang dapat dinikmati dengan penuh cinta.
***