Cinta

Cinta senantiasa membubuhkan 'daya-kepemilikan' ---bila diperuntukkan untuk pemenuhan duniawi...
Tentu reaksi sedih-sakit-luka hati akan menghantui...
Namun bila ditujukan untuk kesucian hati maka justru 'daya-lepas' yang didapat, sehingga suka-citalah yang akan dirasakannya...
***
Dan dikatakan cinta itu ibaratnya cahaya matahari yang menyinari dunia ini, 
Bukankah matahari tak pernah memilih siapa yang akan ia sinari.
Baik buruk manusia memiliki hak yang sama merasakan terangnya cahaya mentari.
Seharusnya cinta kasih anda melebihi kehormatan matahari?!
Karena manusia tercipta paling sempurna di antara sekian triliun penghuni bumi ini.
***
Di sinilah peran pencinta itu, termasuk kemampuannya dalam menyikapi cinta itu sendiri...
Dan cintailah apa yang baik dan pantas untuk dicintai, temukan nilai-nilai di dalamnya serta pertanggungjawabkan dengan baik seutuh dan sepenuhnya kepada Tuhan, dan disanalah sejati esensinya.
Cinta yang diliputi oleh emosi dan kasih sayang disebutkan sejatinya merupakan getar-getar hati manusia yang murni tanpa manipulasi...
Begitulah seharusnya dia itu dihadirkan dalam diri...
Saat semuanya mengalir alami, maka sentuhan kasih pun perlahan menyelimuti...
Di sinilah letak bahagia itu memberi kesejukan, kedamaian penuh arti...
Melalui keapaadaan ini, lahirlah sebentuk kerendahan hati yang mampu menerima sekaligus menjalani...
Dan cinta yang lahir dari kemurnian hati [tidak mengikat~tidak memaksa] akan menjadi kasih;
ia pun akan memancarkan kekuatan yang mampu 'menghapus-penderitaan', 
memberikan keajaiban, sebab Tuhan ada di dalamnya, menuntun-melindungi-menyelamatkan ~
Konon diceritakan, sebuah cinta bukan hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja, tutur Dewi Malam suatu saat kepada Arjuna di keremangan malam, ketika dia teringat saat memadu kasih dengan Dewi Subadra, sehingga benih kasihnya “melahirkan” sosok putra yang tampan.

Inilah perasaan yang berderu kencang dalam benaknya. Arjuna sadar bahwa cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki merupakan perasaan yang manusiawi yang bersumber dari anugrah Hyang Widhi.

Ketertarikan secara fisik selanjutnya juga disebutkan kembali oleh Dewi Malam, "hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya". Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan. Tapi di samping keindahan bentuk dan rupa harus disertai pula keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik. 
Kebaikan tidaklah hanya membelenggu perasaan manusia, dan janganlah pula mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. 
Akan tetapi tuntunan kebajikan mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu untuk dapat dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
“Aku tambahkan,” kata dewa malam, “Setetes kebencian di dalam hati pasti akan membuahkan penderitaan. 
Tapi setetes cinta di dalam relung hati akan membuahkan kebahagiaan sejati. 
  • Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih
  • Kalahkan kejahatan dengan kebajikan. 
  • Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati 
  • Kalahkan kesombongan dengan kejujuran.” 
Arjuna mengangguk setuju, hatinya mulai cerah dan bahagia.

Demikian pula halnya disebutkan, rasa cinta terhadap seni budaya juga harus ditanamkan sejak kecil pada sekaa teruna - teruni maka dengan demikian mereka akan terbiasa mencintai budaya Bangsanya.

Dan sebagai renungan :
  • Mereka yang diperbudak cinta buta akan melakukan segalanya demi cintanya yang sesaat, namun apa yang terjadi ketika diingkari...?
  • Dan kekuatan cinta yang mereka berdua miliki tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sangatlah luar biasa seperti mengikat janji suci semaya pati dengan ketulusan hati.
***