Matahari

Matahari adalah sumber cahaya dan panas sebagai penguat unsur teja dalam kehidupan di alam ini.

Dalam kitab Sama Weda 121 disebutkan : 
Matahari tidak pernah terbenam ataupun terbit, sebab bumi yang berotasi.
Dan dari kekuatan matahari tersebut menyebabkan planet-planet menjadi berputar, angin bertiup dan air mengalir. 
Kau muncul menerangi bumi, langit dan ruang di luar langit.
Dan kami bermeditasi dalam kemuliaan mu, menggemaskan dari sinarmu yang cerah cemerlang.
Dan semoga menginspirasi kecerdasan kami. [Rig Weda]

Dalam selayang pandang namaskara disebutkan bahwa :
Surya Namaskara merupakan jalan yoga untuk meningkatkan kesadaran serta pencerahan spiritual dengan cara menghormati dan memuja Matahari.
Dan dengan melatih surya namaskara setiap pagi di saat matahari terbit akan lebih mengaktifkan cakra-cakra, energi, kecerdasan sehingga tubuh fisik akan menjadi lebih dinamis, sehat dan pikiran semakin cemerlang.
Di Bali, Matahari disebut "Matan Ai" dalam Bahasa Bali yang biasanya dalam motif hias ukir2an digambarkan bersinar dengan garis-garis sinarnya yang dipandang sebagai dewa cahaya, sumber kesuburan dan kehidupan, simbol kematian dan juga kebangkitan.

Dalam Hindu Dharma disebutkan bahwa Bhatara Surya yang dalam prabawaNya sebagai kekuatan untuk dapat menjaga kestabilan dan keseimbangan matahari dengan pancaran sinarNya agar selalu dapat menyinari dan menjaga semua yang ada di alam ini.

Di banyak kebudayaan di dunia, memang matahari mempunyai kedudukan penting, penggambaran matahari dianggap sebagai simbol dari dewa tertinggi, dewa pencipta, dan dipandang sebagai kekuatan supernatural yang maha tinggi.

Dalam kebudayaan Eropa, hiasan lingkaran dengan ruji-rujinya dikenal sebagai simbol matahari, dan merupakan simbol kuno yang telah ditampilkan dalam artefak-artefak dari zaman logam (van der Hoop 1949: 294).
Matahari dipandang sebagai dewa cahaya, sumber kesuburan dan kehidupan, simbol kematian dan juga kebangkitan.
    • Dewa Matahari kerapkali dipersonifikasikan sebagai lelaki,
    • Sedangkan Bulan dipersonifikasikan sebagai perempuan (Dewi Bulan).
Di berbagai kebudayaan kuno di dunia, Dewa Matahari mempunyai julukannya tersendiri, misalnya 
  • Disebut dengan Shamash dalam kebudayaan Mesopotamia
  • dijuluki Re dalam kebudayaan Mesir Kuno
  • Dalam kitab Rg.Veda dari India kuno Dewa Matahari mempunyai julukan yang berbeda-beda sesuai dengan perannya. Dewa itu dapat diseru dengan Mithra, Savitar, Pushan, Visnhu, dan Surya
  • Di Cina matahari dan bulan disimbolkan menjadi lingkaran yang terbagi dua Yin dan Yang, simbol dari para kaisar Cina, 
  • Adapun di Jepang terdapat kepercayaan bahwa para kaisar adalah keturunan Dewi Matahari yang epithetnya adalah Amaterasu (Hall 1995: 109—110).
  • Dalam teori Heliosentris disebutkan bahwa, 
Matahari tidak pernah terbenam ataupun terbit, sebab bumi yang berotasi.
Dimana dalam Kramaning Sembah kaping kalih dengan bunga putih :
Om Adityasyà param jyoti
rakta teja namo’stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo’stute
Artinya:
Oh Hyang Widhi, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja-Mu. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja-Mu yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
***