Hidung

Terlihat seorang undagi sedang memahat
hidung tapakan.
Hidung adalah bagian dari panca indera yang berfungsi sebagai alat penciuman.
Dimana kata hidung dalam bahasa Bali sehari-harinya (wreastra) disebut dengan "Cunguh"; 
atau "Hirung" dalam bahasa Bali halusnya;
Hidung sebagai alat penciuman dalam bait 12 pesan Dang Hyang Nirartha sebagaimana disebutkan :
Nanging da pati adekin, mangulah maan madiman, patutang jua agrasayang, apang bisa jwa ningkahang, gunan bibih twah mangucap, de mangucap pati kacuh, ne patut jwa ucapang.
Terjemahan :
Jangan segalanya dicium, sok baru dapat mencium, baik-baiklah caranya merasakan, agar bisa melaksanakannya. 
Seperti juga tersirat dalam inspirasi ajaran dharma;
Bulir embun jatuh di ujung hidung...
Bibirpun tersenyum rasakan teduh...
Lahir untuk patuh kepada Hyang Agung...
Hadir penuh kagum tepiskan keluh...
Buang semua jerat-kelekatan....
Di sana bukan keutamaan, melainkan kesia-siaan...
Jauhkan diri dari sumbang-kepalsuan...
Yang hanya membawa pada kebodohan dan kegelapan...
Bukankah hidup adalah tanggung jawab kewajiban?
Kewajiban melaksanakan nilai-nilai kebajikan...
Syukurilah apa yang menjadi takdir yang telah dipilih...
Salah~benar dalam rwa bhineda hanya masalah kemurnian-hati...
Saat hati selalu terjaga bersih, ia akan menuntun...
Ketika rusak-hati merajai, ia pun menjadi racun...
Menegaskan-laku, hargai diri dengan kewaspadaan...
Bilamana sadar, kejujuran pasti menenteramkan...
Bilamana sabar, keikhlasan pasti mendamaikan...
Seperti cemara melukiskan kisah,
ia akan senantiasa 'lurus sampai puncak', itulah kumandang ikrar hati yang mesti ditaati; menjaga kesungguhan di keabadian, tuntun sang jiwa untuk 'satu bersama dalam Cahaya-Kebenaran'.

***