Sesana Pinandita

Sesana Pinandita | disebutkan bahwa kehidupan ini sesungguhnya adalah untuk melayani agar dapat menuju kepada Sang Asal / Sang Pencipta yang dalam Atharvaveda XI.I.I. yang menyebutkan : 

”Satyam Brhad Rtam Ugram Diksa Tapo Brahman Yajña Prithiwim Darayanti”.
yang berarti : Sesungguhnya satya Rta Diksa Tapa Brahman dan Yajña,
yang menyangga dunia, bhuwana agung  ini. 

Sehingga Pinandita / pemangku sebagai seorang sulinggih kerohaniawan Hindu berkewajiban untuk menjalankan diksa sebagai rangkaian dalam upacara dwi jati yang sebagaimana dijelaskan :
  • Diksa (mediksa) sebagai suatu upacara umat Hindu dipimpin oleh seorang pedande nabe untuk meningkatkan kesucian diri guna mencapai kesempurnaan, karena lewat kesucian diri itulah manusia dapat berhubungan dengan sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa yang dalam lontar siwa sasana disebutkan sejak seseorang mendapat diksa atau upacara penyucian dalam kelahirannya kembali, mereka dikenal sebagai Dwijati yang diharapkan mulai dapat mematuhi segala peraturan kebrahmanan sehingga seorang dwijati disebutkan,
    • Dwi Jati, sesana seorang pinandita yang lahir untuk kedua kalinya agar segala peraturan kebrahmanaan menjadi suatu landasan yang dapat dijadikan pegangan kesulinggihan.
Jadi bagi mereka yang mendalami hidup sebagai pinandita sebagaimana disebutkan pula bahwa, harus menghayati seluruh aturan-aturan yang mengikat, baik itu melalui sikap prilaku, maupun kemampuan sikap spiritualitas yang dimiliki sebagai Pinandita. 

Dengan mengetahui sasana atau kode etik ini, seorang pinandita akan menghindari pelanggaran terhadap sasana atau aturan-aturan kepinanditaan. 

Dalam kitab Silakrama ditekankan bahwa para pandita/pinandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran Panca Yama Brata dan Panca Niyama Brata yaitu :
  • Ahimsa | atas dasar dharma kebaikan  ......
  • Brahmacari | yang dengan sepenuhnya mengikhlaskan hidupnya dengan mengabdikan dirinya kepada Tuhan ....
  • Sathyakejujuran akan membawa manusia pada ketenangan.  ....
  • Awyawaharika | tidak berbuat dosa karena kepintaran ....
  • Astainya | tidak mementingkan diri sendiri tanpa memandang betapa sakit dan sengsaranya hati orang ....
  • Akrodha | atas dasar cinta kasih akan dapat menumbuhkan kesabaran yang tinggi ....
  • Guru Susrusa | selalu berbakti kepada Tri Guru dan Guru Sejati yaitu Sanghyang Paramesti Guru, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dari Beliaulah sumber segalanya ini ....
  • Sauca | kesucian lahir batin ...
  • Aharalaghawa | harus tahu aturan makan ...
  • Apramada | senantiasa menjaga kesadaran itu sendiri ....
Selain itu, sebagaimana dijelaskan pula,
  • Sikap mudra sebagai sesana pinandita / jero mangku menggunakan Astra Mudra ketika nganteb banten; untuk Sang Sadhaka menggunakan mudra lengkap ketika Ngarga Tirta dan Ngili Atma.
***