Kepercayaan

Kepercayaan adalah sebuah keyakinan untuk dapat meyakini adanya sesuatu yang benar.
Walaupun kita tidak cepat percaya kepada sesuatu, tetapi percaya itu merupakan hal yang juga diperlukan di dalam hidup ini karena orang yang tidak memiliki kepercayaan pada sesuatu akan selalu dalam keadaan ragu, tidak aman, curiga dan tidak mempunyai pegangan yang pasti sehingga sikap percaya diri perlu ditumbuhkan di dalam diri dan kita berharap bahwa apa yang kita percayai itu memang benar. 
Dan jika ingin mengetahui kebenaran agama disebutkan bahwa :
Pahamilah secara cerdas wahyu Tuhan lalu bandingkan dengan tafsir-tafsirnya serta dengan aturan-aturan moral/etika/susila yang berlaku dalam sosial masyarakat. Jika demikian maka akan sempurnalah pemahaman kita tentang apa sesungguhnya kebenaran dan kebajikan itu.
***
Dan masyarakat Bali sangat percaya bahwa dirinya hidup di dunia membawa misi hidup untuk membuat kebaikan di bumi ini,
bila kebaikannya diterima oleh Sang Hyang Widi maka dirinya dapat menyatu dengan alam semesta dan meninggalkan dunia yang fana untuk moksa menuju nirwana, kemudian bersatu dengan dewanya untuk selamanya. Itulah yang disebut sebagai dharma.
Namun, 
bila masyarakat Bali membuat suatu kesalahan, ketika mati dia akan melakukan reinkarnasi untuk membersihkan dosanya kembali sampai kemudian diterima oleh Tuhannya. 
Inilah konsep kosmologi Bali yang sebagaimana dikatakan juga dianut dalam mengenal keunikan arsitektur Bali
Hal inilah yang mendasarkan arsitektur Bali pada harmoni dan keselarasan kehidupan.
***
Pada sistem keyakinan manusia zaman prasejarah sebagai warisan leluhur, sebuah kepercayaan disebutkan juga mengandung makna sebagai penghubung.

Dahulu, perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia disebutkan berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. 
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, selalu hidup berpindah-pindah untuk mencari tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 
Namun, dalam perkembangannya, mereka mulai berdiam lama/tinggal pada suatu tempat, biasanya pada goa-goa, baik ditepi pantai maupun pada daerah pedalaman. Pada goa-goa itu ditemukan sisa-sisa budaya mereka, berupa alat-alat kehidupan. 
Kadang-kadang juga ditemukan tulang belulang manusia yang telah dikuburkan di dalam goa-goa tersebut. 
Dan hasil penemuan itu dapat diketahui bahwa pada masa itu orang sudah mempunyai pandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal.

Orang mulai memiliki suatu pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang itu meninggal. 
  • Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. 
  • Orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi oleh orang yang masih hidup di dunia ini dan begitu pula sebaliknya. 
Bahkan apabila orang yang meninggal tersebut merupakan orang yang berpengaruh maka diusahakan agar selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat atau perlindungan, bila ada kesulitan dalam kehidupan di dunia. 
Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman ke zaman dan secara umum dilakukan oleh setiap masyarakat di dunia.
Orang mulai berpikir bahwa orang yang meninggal berbeda dengan orang yang masih hidup. Pada orang yang meninggal ada sesuatu yang pergi, sesuatu itulah yang kemudian disebut dengan roh. 

Penguburan kerangka manusia di dalam goa-goa merupakan wujud penghormatan kepada orang yang meninggal, penghormatan kepada orang yang telah pergi atau penghormatan kepada roh.

Berdasarkan hasil peninggalan budaya sejak masa bercocok tanam berupa bangunan-bangunan megalitikum dengan fungsinya sebagai tempat-tempat pemujaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, maka diketahui bahwa masyarakat pada masa itu sudah menghormati orang yang sudah meninggal. 

Di samping itu, ditemukan pula bekal kubur. Pemberian bekal kubur itu dimaksudkan sebagai bekal untuk menuju ke alam lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek-moyang.

Demikian diuraikan artikelsiana, sistem kepercayaan manusia purba seperti halnya :
  • Animisme, suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
    • Misalnya sebilah keris pusaka memiliki roh atau jiwa, sehingga benda-benda seperti itu dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat.
  • Dinamisme, suatu kepercayaan bahwa setiap banda memiliki kekuatan gaib.
    • Misalnya, sebuah batu cincin dipandang mempunyai kekuatan untuk melemahkan lawan. Sehingga apabila batu cincin itu dipakai, maka lawan-lawannya tidak akan sanggup menghadapinya.
  • Monotheisme, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dan masyarakat.
Jauh sebelum datangnya pengaruh Hindu ke daerah Nusantara, berdasarkan hasil-hasil penelitian arkeologi yang dilakukan para ilmuwan Barat dan putra Indonesia, di Indonesia disebutkan telah mempunyai kebudayaan yang tinggi mutunya. 
Kebudayaan Indonesia asli yang dimaksudkan disini adalah kebudayaan sebelum datangnya pengaruh kebudayaan Hindu atau disebut pula Kebudayaan Pra-Hindu atau Pra Sejarah. Kebudayaan ini berakar pada kebudayaan bercocok tanam yang berlangsung pada tahun 2500 SM.
Guna kepentingan pemujaan arwah leluhur, pada masa perundagian masyarakat Indonesia mendirikan bangunan tempat pemujaan yang disebut punden berundak yaitu bentuk bangunan yang teras piramida dimana pada bagian atasnya ditempatkan: menhir
Pada perkembangan selanjutnya menhir sebagai lambang tempat pemujaan arwah leluhur digantikan dengan wujud arca sederhana atau ada yang menyebut arca primitif karena bentuknya memang sangat sederhana.
Beberapa ilmuwan Barat menyatakan pendapat yang sama seperti: Miguel Covarrubias dalam bukunya Island of Bali, 1937 menyatakan: The Balinese Assimilate New and Foreign Ideas Into Tradisional Form. Demikian pula Fritaz A Wagner, 1959 dalam bukunya Indonesia, The Art of an Island Group menyebutkan: On Bali Culture Develop a unique character, Pra Hindu, Hindu-Budha, Hindu Javanese element merged to form unity and diversity.
***