Penyucian adalah berasal dari kata "suci" untuk dapat menciptakan suasana spiritual yang mantap dan magis secara niskala.
Dimana penyucian jasmani dan rohani adalah pembersihan diri yang bertujuan untuk mendapatkan kesucian secara lahir dan bathin sebagai harapan setiap orang.
Sejatinya disebutkan manusia lahir ke dunia sudah lengkap diberikan jasmani dengan lima unsur (Panca Maha Bhuta) dan rohani seperti citta, indria dan tanmatra.
"Pertemuan unsur jasmani dan rohani menyebabkan adanya aktifitas dalam hidup ini."
Aktivitas hidup ini menimbulkan dua akibat subha karma dan asubha karma.
- Subha karma yaitu perbuatan baik dan merupakan unsur yang membawa manusia pada penyucian.
- Sedangkan asubha karma akan membawa pada dosa atau leteh yaitu kotornya kehidupan ini.
Penyucian dengan harapannya juga dikandung dalam kegiatan upacara agama atau hari Raya Hindu dimana dalam Menawa Dharmasastra V, 109 disebutkan penyucian atau pembersihan itu yaitu :
Dalam kegiatan hari raya Hindu, umat melakukan unsur penyucian tersebut.
Adbhirgatrani SuddhyantiArtinya
Manah satyena sudhyanti
Widya tapobhyam bhutdtma,
Buddhirjnana suddyati
Dalam kegiatan hari raya Hindu, umat melakukan unsur penyucian tersebut.
- Secara fisik, penyucian diri dilakukan, selain mandi dengan bersih, juga dengan berpakaian yang lebih bersih dan rapi.
- Kebersihan fisik merupakan suatu hal penting dalam merayakan hari raya agama. Selain untuk memelihara kesehatan,kesegaran dan nyaman, juga membawa dampak positif bagi orang lain yang memandangnya.
- Penyucian badan dengan air disini dimaksudkan dalam pengertian yang luas.
- Selanjutnya pikiran atau manah disucikan dengan kejujuran. Jujur berarti berbicara sesuai dengan kenyataan, tidak pernah mengurangi atau melebih-lebihkan.
- Kata jujur percuma saja bila hanya baru berada di bibir.
- Jujur itu harus diwujudkan dalam praktik tingkah laku sehari-hari.
- Jujur disini tidak terbatas dalam menggunakan uang dan harta benda semata.
Patut diketahui bahwa manusia memiliki dorongan hawa nafsu yang disebut distinksi yang mendorong seseorang untuk melebih-lebihkan dirinya agar kelihatan atau kedengarannya lebih super dari orang lain.
Kadang, juga ada orang mengaku pintar ketika masih sekolah.
Pengakuannya itu disampaikan dihadapan orang yang tidak mengetahui keadaan sebenarnya. Padahal sebenarnya, dia bodoh atau paling tidak biasa-biasa saja.
Kejujuran, sesungguhnya merupakan media penyucian pikiran atau manah.
Orang yang sering tidak jujur kecerdasannya diracuni oleh ketidakjujuran. Ketidakjujuran menyebabkan pikiran lemah dan dapat diombang ambingkan oleh oleh gerakan indria. Orang yang tidak jujur sulit mendapatkan kepercayaan dari lingkungannya.
"Tuhan pun dapat dipastikan tidak merestui orang yang tidak jujur."
Suasana Hari Raya keagamaan dapat dijadikan tonggak untuk lebih menguatkan kita jujur dalam segala hal. Niat jujur harus selalu digerakkan dalam diri dan mohon bimbingan Tuhan agar kita selalu berbuat jujur.
Sesungguhnya atma itu selalu suci, karena bagian dari parama-atma ibarat menghapuskan noda debu dalam kaca, begitulah yang dimaksudkan menyucikan atma. Atma yang kotor bagaikan sinar matahari yang ditutupi mendung, sinarnya buram tapi sesungguhnya mendung tak pernah mengotori matahari.
Penyucian atma disini berarti melenyapkan bergeloranya hawa nafsu, nafsu bergelora itu menutupi sinar atma untuk menembus sinar suci paramatma.
Karena itu hari raya Hindu adalah suatu media untuk meningkatkan kesucian diri secara totalitas.
Badan, pikiran, budi dan atma merupakan unsur-unsur yang harus selalu mendapat penyucian selama hidup di dunia ini. Bahkan tidak semata-mata pada hari raya agama saja, setiap hari pada saat-saat yang tepat, penyucian itu mesti dilakukan.
Hari raya itu hanyalah tonggak ingatan dimana dalam lontar Sundarigama dua cara perayaan hari raya agama Hindu :
Sebagai tambahan juga disebutkan :
- Dengan menghaturkan bebanten;
- Dengan reringgitan sebagai suatu simbol yang memiliki nilai religius dan nilai seni yang tinggi.
- Melakukan tapa brata yoga semadi (wuh ring tatwajnana);
- Yang nantinya dapat berpengaruh terhadap tri guna, karena dengan komposisinya ideal akan dapat membuat orang jadi sukses.
Sebagai tambahan juga disebutkan :
- Tirta Prascita, sebagai sarana untuk penyucian atau mensucikan bangunan, peralatan elektonik atau kendaraan yang baru dibeli, kemalangan / sebel / cuntaka dari seseorang atau biasanya dipergunakan terlebih dahulu sebelum suatu upacara yadnya dimulai atau dipuput oleh Pedande / Pandita seperti penggunaan banten prayascita untuk mensucikan pikiran.
- Mantram penyucian (mensucikan) badan sebelum sembahyang diucapkan disebutkan juga bertujuan agar suci tiada noda.
- Untuk penyucian menjadi umat Hindu Dharma juga disebutkan menggunakan Sesayut Sudi Wadani dalam pelaksanaan tata cara upacaranya.
***