Wiswakarma

Bhagawan Wiswakarma ("Viswakarma"; "Wismakarma"; "Wisma Karma") adalah arsiteknya para dewa yang dalam naskah lontar tutur wiswakarma darma laksana maupun Asta Kosali biasanya beliau disebutkan berkaitan dengan mencari ukuran depa dan pengurip seperti dalam pembuatan tedung, tombak dll.

Ada sebuah doa pujaan yang khusus diperuntukan bagi Sang Hyang Wiswakarma, doa itu dalam cerita hindu disebutkan dapat diucapkan sebagai berikut :
"Jaya sri Wiswakarma prabhu yaja sri Wiswakarma
Sakala srsti ke karta raksaka stuti dharma
Adi srsti main widhi ko sruti upadesa diya
Jiwa matra ka jaga main, jnana wikasa kiya
Rsi angira tapa se santi nahin pai
Dhyana kiyo jaba prabhu ka sakala siddhi pai
Roga grasta rajane, jaba asrayalina,
Sankata mocan bana kara, dura duhkha kina Jaya."
Sebagai Dewa Arsitektur, Beliau Hyang Wiswakarma dalam beberapa rancangan disebutkan sebagai berikut :
  • Ketika Resi Dadhici melakukan yoga dan memfokuskan semua pikirannya kepada Narayana, dan jiwanya meninggalkan raga mencapai Narayana. Wiswakarma arsitek para dewa membentuk tulang kuat Dadhici sebagai Wajra, senjata Dewa Indra sebagai raja kahyangan.
  • Dalam Mahabharata, dahulu Beliau juga dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerajaan barunya. Dalam kisah tersebut, hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna. Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur sebagaimana disebutkan Asta Kosala Kosali Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali 
    • yang sesuai dengan landasan filosofis, etis, dan ritual 
    • dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.
  • Dalam Yudha Kanda dari Epos Ramayana disebutkan : 
    • dua putra beliau yaitu Sanghyang Nala dan Nili, 
    • juga seperti ayah mereka, memiliki bakat menjadi sang arsitek terkemuka dengan merancang jembatan Situbanda, untuk menghubungkan pasukan Rama ke Alengka.
  • Di tanah Bali, Bhagawan Wiswakarma, Dewa para Undagi (Arsitek) tersebut dalam salah satu babad mengatakan bahwa, 
    • Sewaktu terjadi perjanjian antara Ida Dang Hyang Siddhi Mantra dengan Sang Naga Basuki, mengenai kehidupan Manik Angkeran, dan juga hilangnya Mahkota Sang Naga, Sang Hyang Wiswakarma jugalah yang ikut ambil bagian menyelesaikan masalah itu. 
    • Mahkota Naga Basuki yang termasyur tersebut, merupakan hasil dari rancangan dan buatan dari Sang Hyang Wiswakarma. Ialah arsiteknya para Dewata, insan agung yang memiliki daya cipta kuat dan sakti mengenai segala macam arsitektur yang ada, baik kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
  • Dalam upacara Pemakuhan sebagai ungkapan terima kasih kepada Bhagawan Wisma Karma yang menjadi arsitek seni bangunan para Dewa, yang diwujudkan dengan memohon tirta pemakuhan.
Viswakarma sebagai arsiteknya para dewa, dalam sumber kutipan Bhawisya Purana diceritakan beliau memiliki putri bernama Samjna. 
  • Samjna ini dinikahkan dengan Bhatara Surya kemudian lahirlah Yama dan Yamuna. 
  • Karena Samjna tidak tahan dengan sinar Surya maka dia membuat ilusi dirinya yang bernama Chaya yang nampak persis dengan Samjna. 
Samjna meminta kepada Chaya agar berpura-pura menjadi Samjna, karena ia akan pergi ke rumah ayahnya. 
  • Chaya menyetujuinya
  • tetapi dengan satu syarat bahwa Ia tidak akan membocorkan rahasia ini kepada siapapun selam tidak ada orang yang mengutuknya dan tidak ada yang menyentuh atau menjambak rambutnya, 
    • akan tetapi jika ini terjadi maka Chaya akan membocorkan semuanya. 
    • Samjna menyetujuinya dan kemudian dia pergi ke rumah ayahnya yaitu Visvakarma. 
Selama bertahun-tahun Samjna tinggal bersama ayahnya dan ayahnya pun curiga menyuruh anaknya kembali kepada Surya. Karena tidak tahan dengan perkataan ayahnya lalu Samjna pun pergi meninggalkan ayahnya dengan mengambil wujud seekor kuda betina dan mulai tinggal di wilayah yang bernama Uttarakuru.
Sementara itu, Surya tidak menyadari bahwa Samjna digantikan oleh Chaya sehingga mereka memiliki dua orang putra dan seorang putri. Chaya tampaknya lebih perhatian dengan anak-anaknya ketimbang kepada anak-anak Samjna.
Suatu ketika salah satu anak samjna yang paling kecil menendang Chaya. Dan Chaya mengutuk anak itu bahwa kakinya yang digunakan menendang Chaya akan membusuk. Dan hal itu sampai di telinga Surya, 
  • Surya kemudian melakukan sebisanya untuk mengurangi efek dari kutukan itu dan ia mulai sadar ada sesuatu yang tidak beres dalam hal ini. 
  • Surya meminta penjelasan kepada Chaya tetapi Chaya tidak memberikan penjelasan apapun sehingga Surya mengancam Chaya akan mengutuk dan menjambak rambutnya, maka Chaya mengungkap rahasianya dengan Samjna.
Kemudian Surya datang ke rumah Visvakarma untuk menemukan Samjna. Visvakarma menawarkan diri untuk memotong beberapa bagian dari energi Surya, karena cahaya Surya yang terlalu keras yang menyebabkan Samjna meninggalkan suaminya itu. 
  • Surya tidak keberatan atas ide itu dan penampakannya menjadi lebih meningkat karena tindakan Visvakarma ini. 
  • Surya kemudian menyusul Samjna ke kerajaan Uttarakuru dalam wujud seekor kuda betina. Maka kemudian ia mengambil wujud kuda jantan dan bergabung dengan istrinya disana. Dan mereka memiliki dua orang putra dalam wujud kuda. 
    • Setelah itu mereka kembali kewujud asli mereka.
Nilai-nilai terkandung dalam cerita ini menggambarkan bahwa kebohongan atau ketidak jujuran dan ketidak setiaan Samjna terhadap suaminya karena telah meninggalkan suaminya begitu saja. 
  • Dan nilai kesetiaan Surya terhadap istrinya mencari kemana pun isrtinya berada dan mengikuti jejak istrinya menjadi kuda. 
  • Nilai pendidikan karakter yang ditunjukkan oleh Visvakarma kepada anaknya Samjna agar bertanggungjawab kepada keluarganya dan mengplorkan masalahnya bersama Surya. 
  • Meninggalkan dan lari dari suatu masalah dan berpura – pura hidup menjadi orang lain bukanlah suatu tindakan untuk meleraikan masalah. 
Hadapilah semua tantangan dibawah janji suci hidup bersama secara bersama – sama. Karena sesuatu itu akan jauh lebih indah diselesaikan secara bersama – sama.
***