Dhadhici adalah seorang resi yang merupakan putra dari Brahmana Atharwana dengan istri Chitti putri dari Kardama.
Pada zaman dahulu, Dadhichi dianggap dalam Purana sebagai salah satu manusia yang terkenal karena :
- Telah mengajar Brahmawidya kepada Dewa Aswin kembar, sehingga dia diberikan hidup keabadian.
- Sebuah pengorbanan dirinya demi pembebasan penderitaan dari kelompok yang bersifat asura, manusia yang baru setengah jadi.
Dalam sejarah umat manusia selalu saja ada manusia agung yang rela mengorbankan dirinya demi pembebasan penderitaan manusia dari kelompok Asura. Dan itu dimulai dari pengorbanan Resi Dadhici.Demi untuk menyelamatkan para dewa sewaktu itu, dalam kisahnya diceritakan :
Dadhici sangat menghormati Shiwa, sangat kuat tapanya dan selalu membaca mantra kawacha, sehingga tulangnya menjadi sangat kuat.
Dan ketika itu dalam sebuah pengorbanan dan keangkuhan Dewa Indra sehingga dapat dikalahkan oleh para asura diceritakan :
Resi Dadhici menitikkan air mata, hatinya hanya tertuju pada Narayana, “Apa yang dapat kami persembahkan Gusti? Pada hakikatnya segalanya adalah milik Gusti. Biarlah tulang yang diamanahkan pada diriku ini memberi andil bagi kebajikan.
Aku rela, aku ikhlas Gusti.” Indra dan seluruh dewa terharu, suara terisak-isak memenuhi ruangan. Dinding-dinding, lantai dan atap bergetar, suara Resi Dadhici disimpan oleh mereka.
Peristiwa agung tersebut direkam oleh alam. Ternyata ada manusia yang berjiwa begitu agung.
Suara Resi Dadhici adalah suara Dia yang bersemayam dalam hati sang resi.
Resi Dadhici melakukan yoga dan memfokuskan semua pikirannya kepada Narayana, dan jiwanya meninggalkan raga mencapai Narayana. Wiswakarma arsitek para dewa membentuk tulang kuat Dadhici sebagai Wajra, senjata Dewa Indra sebagai raja kahyangan.
***