Suputra adalah anak sebagai tujuan ideal dari setiap perkawinan dan menjadi dambaan setiap keluarga yang dalam teks palawakya 2 disebutkan terjemahannya,
- Hakikatnya pada malam hari, bulanlah sebagai lampu penerang.
- Jika pada siang hari, mataharilah menjadi penerang.
- Jika di tiga dunia, dharmalah sebagai penerang.
- Adapun dalam keluarga, anak yang suputra sebagai penerang, demikian menurut ajaran sucinya.
Memang anak laki maupun perempuan sama saja, di Bali pada khususnya, anak laki-laki merupakan anak yang paling didambakan walaupun hanya satu anak laki karena anak laki-laki merupakan penerus keluarganya baik dari segi keturunan, kewajiban terhadap adat maupun agama yang sebagaimana disebutkan dalam Lontar Usadha dan Sipiritual Bali lainnya, kiat-kiat mendapatkan anak laki-laki dalam artikel post lontaradhygita dijelaskan bahwa,
Bayi dalam kandungan bisa terwujud berkat pertemuan kama antara kama petak dan kama bang yang juga disebut cukla swanita yang keluar dari purusa dan pradana (laki-laki dan wanita).
- Kama petak yaitu unsur laki-laki yang juga disebut cukla yang disimbolkan dengan Sang Hyang Semara.
- Sedangkan kama bang yaitu unsure perempuan yang juga disebut swanita, yang disimbolkan dengan Dewi Ratih.
- Kama petak dan kama bang yang disebut cukla swanita itu, lalu disimbolkan dengan Sang Hyang Semara Ratih.
Agar memperoleh putra yang baik, menurut salinan lontar khususnya Smara Kriddha Laksana, oleh suami istri diucapkan beberapa mantra :
- Suami istri yang melakukan senggama, terlebih dahulu hendaknya mengucapkan mantra :
- “Om krong karetaya sampurana Dewa Manggala ya namah”
- Selanjutnya dalam persenggamaan agar suami istri memperoleh keturunan atau anak bijaksana, maka mengucapkan mantra:
- “Om rang Rudra ya namah, idep sire sadkrosa”.
- Kalau menginginkan anak yang selalu berhasil dalam hidupnya nanti, mantra yang diucapkan:
- “Om jrung mrtyuncaya ya namah”.
- Selain itu suami istri melakukan pantangan yaitu dilarang membunuh makhluk hidup dan hati selalu cinta damai. Kalau ingin memiliki putra pintar atau cerdas, bratanya ialah suami istri melakukan hubungan itu hendaknya saling asih serta mantra yang diucapkan:
- "Om crikomadewa ya namah,”
Dari lontar tersebut juga disebutkan kiat memperoleh anak laki-laki, ada beberapa macam ketentuan yaitu sebagai berikut:
- Suami menulis beberapa huruf pada ibu jari tangan kanan dan ibu jari kaki kanan yang bunyinya: “Apurusa bhawati”. Kemudian melakukan persenggamaan pada siang hari dan konsentrasikan pikiran ke Sang Hyang Kamajaya
- Memakai sarana antara lain: embotan pandan “asti” (bagian pangkal dan muda serta warnanya putih yang didapat dengan jalan menarik daunnya pada bagian atas dari pohon pandan asti tersebut) dipakai rujak yang dilengkapi pula dengan terasi merah dll.
- Rujak itu ditempatkan pada mangkuk sutra dan disertai mantra:
- “Om cupu-cupu mirah dewaning buwel, tengan maisi putra, petu maha pekik. Om sidhi mantramku.”
- Setelah itu rujak tadi dimakan bersama-sama dan selanjutnya melaksanakan puasa selama sehari.
Pada ibu jari tangan kanan si istri, hendaknya diberi suatu tulisan, seperti yang tertulis dalam rerajahan lontar tersebut:
Selain tersebut diatas, waktu sangat menentukan untuk dilihat dalam persenggamaan. Adapun hari-hari yang tidak diperbolehkan melakukan senggama yaitu saat :
Selain tersebut diatas, waktu sangat menentukan untuk dilihat dalam persenggamaan. Adapun hari-hari yang tidak diperbolehkan melakukan senggama yaitu saat :
- Hari- hari suci
- Hari purnama maupun tilem
- Tanggal ke-14 (prawani), yang dimaksud sehari sebelum purnama/tilem
- Pada hari menstruasi untuk masa empat hari
- Weton suami atau istri
Menurut ahli agama, Gde Pudja, M.A, dalam artikelnya, persenggamaan dengan tujuan memperoleh anak suputra, sangat baik dilakukan pada hari ke-14 dan 16 terhitung dari hari pertama menstruasi karena akan dilahirkan anak laki yang teguh imannya, mulia, hormat pada orang tua, bijaksana, pandai, jujur, suci dan menjadi pelindung manusia pada umumnya.
Kalau dibandingkan secara ilmiah hari ke-14 dan ke-16 sangat cocok karena pada waktu itu merupakan masa subur.
Menurut informasi lainnya disebutkan bahwa adapun cara lain untuk memperoleh anak laki-laki ataupun suputra yaitu dengan berdoa/sembahyang meminta anugrah kehadapan Ida Bethara Hyang Guru yang berstana di kemulan Rong Tiga di Merajan masing-masing seperti halnya dalam tradisi mejauman dalam sebagai bagian dari upacara pawiwahan.
Kalau dibandingkan secara ilmiah hari ke-14 dan ke-16 sangat cocok karena pada waktu itu merupakan masa subur.
Menurut informasi lainnya disebutkan bahwa adapun cara lain untuk memperoleh anak laki-laki ataupun suputra yaitu dengan berdoa/sembahyang meminta anugrah kehadapan Ida Bethara Hyang Guru yang berstana di kemulan Rong Tiga di Merajan masing-masing seperti halnya dalam tradisi mejauman dalam sebagai bagian dari upacara pawiwahan.
***