Bhakti kepada orang tua juga adalah hal yang utama, karena pahala yang diperoleh amatlah besar yakni disamakan dengan pahala mengelilingi bumi beserta seluruh isinya.
Demikian pula hendaknya anak tidak menelantarkan orangtuanya meskipun anak tersebut pergi ke tempat suci.
Karena sejatinya orang tua sebagai guru rupaka kita di rumah yang telah merawat kita dari kecil hingga dewasa.
Dalam kisah pernikahan Ganapati (Ganesha) Putra Siva dan Parvati sebagaimana diceritakan Putra Devata dalam kesusastraan hindu dan kontribusinya bagi pendidikan anak yaitu sebagai berikut :
Pada suatu ketika, Siva dan Parvati mengumpulkan kedua putranya untuk
membicarakan rencana pernikahan kedua putranya tersebut yakni Karttikeya
atau Kumara dan Ganesha.
Kemudian mereka bersabda bahwa pernikahan akan dilaksanakan lebih dahulu untuk mereka yang datang pertama kali setelah mengelilingi seluruh bumi.
Mendengar kata kedua orangtuanya, Kumara yang sakti segera memulai perjalanannya dari titik pusat yang telah ditetapkan untuk pergi mengelilingi dunia.
Namun Ganesa yang cerdas hanya bisa berdri disana dan memikirkan jalan keluar agar ia bisa memenangkan sayembara itu, dengan memanfaatkan kecerdasan-Nya.
Ia kemudian melakukan ritual permandian dan kembali ke rumahnya. Lalu kepada ayah ibunya ia berkata demikian: “Untuk memuja Anda berdua aku telah menyiapkan dua singgasana yang telah aku tempatkan disini.
Kata Ganesha, "Wahai orangtuaku terkasih biarkanlah keinginanku terpenuhi"
Mendengar kata-kata putranya itu,
Maka Siwa dan Parwati kemudian duduk di atas singgasana untuk menerima pemujaan dari putranya.
Mereka berdua dipuja oleh Ganesha dan sambil mencakupkan kedua tangannya, ia kemudian mengelilingi kedua orangtuanya sebanyak tujuh kali. Setelah itu ia berkata
“Wahai Ibu, wahai Ayahanda, mohon Anda berdua mendengarkan kata-kata hamba ini. Pernikahan hamba harus segera dilakukan secepat mungkin”.
Mendengar perkataan putranya, maka kedua orangtuanya berkata demikian
“ Kau harus mengelilingi seluruh bumi dengan hutan-hutannya, Kumara telah pergi terlebih dahulu, sebaiknya kau segera memulai dan secepatnya kembali”.
Mendengar kata-kata kedua orangtuanya, Ganesha segera berkata demikian dengan sedikit rasa marah namun tetap mengendalika diri.
“O Ibunda, O Ayahanda, kalian berdua adalah amat cerdas dan merupakan perwujudan dari kebajikan. Oleh karena itulah, mohon kalian berkenan mendengarkan kata-kata hamba ini”. “
Bumi ini telah hamba kelilingi tidak hanya satu kali, melainkan sebanyak tujuh kali. Lalu mengapa kedua orangtua hamba harus berkata demikian”.
Mendengar kata-katanya, kedua orangtuanya berkata demikian”
Anakku, kapankah dunia yang luas itu telah kau kelilingi, bumi yang terdiri dari tujuh benua dan samudra yang membentang dengan hutan-hutannya yang luas?”.
Ganesha yang cerdas kemudian berkata :
“Dengan memuja Anda, Parvati dan Siva, maka aku telah mengelilingi bumi yang terbentang luas dengan samudranya”.
“Apakah itu bukanlah ajaran Weda dan Sastra Suci? Apakah kitab suci mengatakan kebenaran atau sebaliknya?”.
“Ia yang memuja dan mengitari orangtuanya, akan mendapatkan pahala sama seperti mengelilingi seluruh bumi”.
“Sedangkan ia yang meninggalkan orangtuanya di rumah dan kemudian melakukan perjalanan suci ke tempat suci juga akan melakukan dosa”.
”Tempat suci bagi seorang anak adalah kaku Padma orangtuanya, sedangkan tempat suci lainnya bisa dijangkau dengan melakukan perjalanan jauh”.Tempat suci ini begitu dekat, dengan mudah bisa dicapai dengan sebuah alat yang berupa kebajikan. Untuk seorang anak dan istri, tempat suci yang paling bertuah adalah rumah itu sendiri.
Hal ini berulangkali diucapkan dalam kitab Veda dan litab-kitab sastra.
Apakah sekarang Anda hendak melanggar atau mengubahnya?”.
Mendengar kecerdasan putranya, Siva dan Parvati berkata :
“Wahai putraku, kau adalah jiwa yang agung, dan pikiranmu senantiasa murni, apa yang telah kau katakan adalah kebenaran dan bukan sebaliknya.
Apa saja yang disebutkan dalam Veda, Sastra, dan Purana sebagai kewajiban seorang anak semuanya telah kau lakukan, semua yang disebut vrata seorang putra pada orangtuanya”.
Setelah berkata demikian dan menyenangkan dimana Ganesha yang merupakan samudra kecerdasan,
maka mereka memutuskan untuk melaksanakan pernikahan Ganesha terlebih dahulu.
***