Simbol dan Atribut Ganesa

Simbol dan Atribut Ganesa (Bhatara Gana) | fungsi dan manfaatnya sebagaimana disebutkan dalam beberapa lontar ataupun kitab seperti Ganapati Tattwa, naskah Korawasrama, prasasti, penelitian arca Ganesa di beberapa pura di Bali dll, penggunaan simbol dan atribut Ganesa disebutkan seperti berikut :
  • Mitologi Ganesa berkepala gajah, sehingga disebut Gajanana, Gajendrawadana, Gajawadana, dan Karimuka sebagai simbol kekuatan alam semesta, kemakmuran, kekuatan, ketabahan, kesetiaan, kesabaran, ketenangan, dan kedamaian. 
  • Belalainya digambarkan menghirup air pada mangkok yang dipegang oleh tangan kirinya, sebagai simbol kesukaan Bhatara Gana kepada ilmu pengetahuan.
  • Bertelinga lebar, sehingga disebut Lambakarna, sebagai simbol ketajaman dalam mendengar, dan dengan mengibaskan telinganya berfungsi menghalau rintangan-rintangan.
  • Berbadan gemuk, sehingga disebut Waktrtunda, dan berperut buncit sehingga disebut Lambodara, sebagai simbol Bhatara Gana memperlaku-kan alam semesta ini sesuai dengan perutnya. 
  • Bhatara Gana lebih banyak digambarkan dalam sikap duduk wirasana, yaitu kedua telapak kaki bertemu. Bhatara Gana selalu digambarkan duduk di atas padma menandakan Bhatara Gana sejajar dengan dewa-dewa lainnya.
  • Bhatara Gana umumnya digambarkan bertangan 4 (empat), dengan tangan kanan depan memegang danta sebagai simbol kebijaksanaan, tangan kiri depan memegang mangkok, sebagai simbol ilmu pengetahuan, tangan kanan belakang membawa aksamala, sebagai simbol aksara, dan tangan kairi belakang membawa parasu, sebagai simbol perlindungan.
  • Ganesa dengan taring kirinya patah waktu berkelahi melawan Parasurama.
    • Bhatara Gana menjaga pintu gerbang Siwa. Ketika Parasurama hendak masuk dihadang, karena dewa Siwa ayah Bhatara Gana sedang tidur. Terjadi perkelahian antara keduanya. Bhatara Gana memanjangkan belelainya, menangkap dan memutar Parasurama. Parasurama melepaskan senjata kapaknya, tepat mengenai taring bhatara Gana. Taring Bhatara Gana patah satu, sehingga disebut Ekadanta (Wilkins, 1991:327). 
    • Cerita di atas menyatakan bahwa Bhatara Gana adalah penjaga gerbang yang tangguh. Bhatara Gana hanya dapat dikalahkan oleh ayahnya sendiri (Dewa Siwa) dan Parasurama yang bersenjatakan kapak. 
  • Arca Ganesa :
    • Arca Ganesa sebagai dewa tenung dengan sikap duduk di atas padma, dipahat bertangan 4 (empat), yaitu tangan kanan depan memegang patahan taring (danta), tangan kiri depan memegang mangkok, dua tangan di belakang memegang tasbih (aksamala) dan pustaka (lontar). 
    • Arca Ganapati sebagai dewa perang dengan jabatan kepala pasukan Siwa. Sikap berdiri, bertangan 2 (dua), kedua tangan memegang senjata. Dalam rupa Ganapati ini bhatara Gana berfungsi sebagai pengelukat dan penolak bahaya. 
  • Bhatara Gana dewa serba tahu sehingga disebut Winayaka, para dewa datang untuk menguji dengan memberikan teka-teki, yang semuanya dapat dijawab dengan tepat oleh Bhatara Gana (Swellengrebel dalam Sedyawati, 1994:230-233.
  • Pada masyarakat Bali ada kebiasaan memasang pelangkiran di atas tempat tidur menunjukkan bahwa dewa yang dipuja adalah Bhatara Gana bersama Bhatara Kumara, di mana keduanya adalah putera Siwa. 
  • Banten Gana dalam Pedudusan | simbol atau perwujudan yang ditujukan kehadapan Bhatara Gana dalam dua tingkatan banten Gana, yaitu:
  • Caru Rsi Gana dilaksanakan di pemrajan atau di sanggah, bertujuan untuk membersihkan segala bentuk cemer yang ada di penataran pemrajan, di pekarangan rumah, maupun pemedal agung.
  • Dan asal mula Ganesa sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan | berawal dari Gnapati Tattwa yang juga dalam kitab Korawasrama, disebutkan Dewi Saraswati-lah yang memberikan kitab Linggapranala kepada Ganesa. Dengan mempelajari dan menguasai ajaran kitab Linggapranala, Bhatara Gana menjadi dewa yang serba tahu atau winayaka dan sebagai simbol Dewa Ilmu Pengetahuan. 
  • dll
 ***