Dengan adanya yadnya sebagai Warna Rupaning Ida Bhatara dapat dimaknai sebagai suatu bentuk pendalaman Sraddha keyakinan, keimanan, ketakwaan dan bhakti kepada Tuhan yang dapat memberikan keseimbangan hidup ini.
Dan mengingat Beliau yang bersifat Nirguna, Suksma, Gaib, dan bersifat Rahasia.Kadang kala, antara kata Dewa dan Bhatara juga sering pemakaiannya diartikan sama saja. Umpanya :
Kita sujud kepadaNya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstuiNya dengan kesentosaan, kemajuan dan lain-lainnya.
- Dewa Wisnu disebut juga Bhatara Wisnu karena beliau melindungi mahluk.
- Demikian juga raja-raja besar yang sudah wafat; atau
- Leluhur kita beri gelar Bhatara juga karena beliau itu melindungi kita.
- Bhatara Gana lebih banyak digambarkan dalam sikap duduk wirasana, yaitu kedua telapak kaki bertemu. Bhatara Gana selalu digambarkan duduk di atas padma menandakan Bhatara Gana sejajar dengan dewa-dewa lainnya.
- Bhatara Guru sebagai guru dari para dewa.
Bhatara Paramestiguru mengutus Bhatari Giriputri untuk mencarinya ke desa-desa, ke pegunungan, dll. Selama dalam pencariannya, Bhatari Giriputri tidak menemukan orang yang mengembalakan lembu, sampai akhirnya Beliau tiba di Gunung Ekalaya bertemu dengan pengembala.Dan pada saat piodalan,
- Dengan penggunaan banten sesayut artinya mengharapkan, mendoakan dan semoga diberkati.
- Dan secara umum dalam Ritual Hindu Bali (Ref Hindu/Fb) disebutkan dapat dikelompokan menjadi 3 proses :
- Nedunang Ida Bhattara berfungsi untuk menghadirkan Ida Bhattara yang berstana di sebuah Pura.
- Nglungang Ida Bhattara, diiring ke pesucian atau ke beji oleh pengempon pura.
- Ngwaliang Ida Bhattara yaitu dengan diakhiri persembahyangan bersama, maka Ida Bhattara/Bhattari akan kembali ke parhyangan masing-masing.
***