Lontar Anda Bhuwana

Lontar Anda Bhuwana merupakan naskah yang memuat tentang Bhatara Gana sebagai putra dari Dewi Giriputri dimana dikisahkan :
Pada zaman dahulu Beliau menyarankan ibunya untuk turun ke dunia ini menjadi Dewi Durgha sebagai penghulu/penjaga setra yang dipuja di pura dalem.
Ceritanya diawali ketika Bhatari Giriputri berada di Gunung Mahameru dengan Sang Hyang Paramestiguru. Pada waktu itu Bhatari Giriputri mengidamkan empehan air susu lembu

Oleh karena itu, Bhatara Paramestiguru mengutus Bhatari Giriputri untuk mencarinya ke desa-desa, ke pegunungan, dll. Selama dalam pencariannya, Bhatari Giriputri tidak menemukan orang yang mengembalakan lembu, sampai akhirnya Beliau tiba di Gunung Ekalaya bertemu dengan pengembala lembu (yang tidak lain adalah Bhatara Paramestiguru yang telah berubah wujud menjadi pengembala). 
Bhatari Giriputri mendekati pengembala lembu dan memohon belas kasihannya agar bersedia memberikan air susu lembunya walaupun dengan cara memberi, menukar dengan mas, perak, ataupun permata. Tetapi sang pengembala tidak bersedia memberikan air susu lembu, kecuali bila Bhatari Giriputri mau bersenggama dengannya. 
Oleh karena Bhatari Giriputri menginginkan air susu itu, maka Beliau bersedia dijamah, tetapi hanya pada betis kakinya.
Maka terjadilah persetubuhan itu, yang akhirnya melahirkan segala makhluk yang disebut kumangkang-kumingking, kumatap-kumitip, dan sejenisnya. 
Bhatara Paramestiguru yang mengetahui hal itu kemudian mengutus putranya Bhatara Gana untuk menemui ibunya dan meramal menurut Pustaka Tenung Wariga
Bhatara Gana mengikuti perintah ayahnya, lalu menghadap Bhatari Giriputri, dan menyatakan sesuai dengan bunyi Tenung Wariga bahwa Bhatari Giriputri mendapatkan air susu lembu dengan cara bersenggama. Bhatari Giriputri sangat marah, lalu Pustaka Tenung Wariga itu dibakar. 
Akan tetapi, dengan sigap Bhatara Gana menyalin kembali pustaka yang terbakar tersebut sebagaimana aslinya. 
Bhatara Gana sangat marah, lalu mengutuk Bhatari Giriputri menjadi Durgha serta tidak dibenarkan bertemu kembali dengan Bhatara Paramestiguru. Bhatari Giriputri menyesali perbuatannya, lalu menghadap Bhatara Paramestiguru untuk menyampaikan kutukan putranya Bhatara Gana pada dirinya. 
Bhatara Paramestiguru menyampaikan kepada Bhatari Giriputri, ajaran Pustaka Indraloka, kalau Dewi mempunyai perilaku yang poraka maka sebaiknya Bhatari Giriputri turun ke dunia menjadi penghulu kuburan dan disembah oleh manusia semua dan dipuja di pura dalem berikut :
  • Jika Dewi berada di Timur dan dipuja oleh orang di Pura Dalem Dhurgalaya, maka disebut Hyang Bhagawati. 
  • Jika berada di Selatan dan berstana di Pura Dalem Cungkub, maka diberi gelar Dhurgadewati. 
  • Jika berada di Barat dan berstana di Pura Dalem Sunya, diberi gelar Hyang Laksmidewati. 
  • Jika di Utara dan berstana di Pura Dalem Kadewatan, maka diberi gelar Hyang Nini Dewati. 
  • Jika berada di tengah-tengah dan berstana di Pura Dalem Dharmawisesa, maka diberi gelar Bhatari Dewati. 
Bhatari dipuja oleh semua orang dan Bhatari pula yang menentukan hidup matinya semua makhluk. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bhatara Paramestiguru menganugrahkan bhuta-bhuti sebanyak 108 untuk mengiringi Dewi turun ke dunia. 
Apabila Dewi telah berstana di Pura Dalem Kadewatan, ingin bertemu dengan Bhatara Paramestiguru. Dewi sebaiknya memerintahkan manusia untuk membuat Pura Rajapati sebagai tempat bersemayamnya Bhatara Paramestiguru dan Bhatari apabila Beliau turun ke dunia. 
Bhatari juga dibenarkan untuk menyebarkan wabah penyakit kepada manusia dan binatang peliharaannya pada bulan Kasa sampai Sada dengan berbagai jenis penyakitnya. 
Selain itu, Bhatara Paramestiguru juga mengingatkan, bila manusia telah menghaturkan caru berupa segehan agung untuk memohon ampun agar mereka selamat, hendaknya Bhatari juga memaafkannya dengan memerintahkan kepada semua bhuta bhuti untuk menghentikan menyebarkan penyakit, khususnya penyakit cacar. 
Begitu pula jika Bhatari ingin kembali ke Sorga Siwagamburanglayang bertemu dengan Bhatara Paramestiguru, maka Bhatari harus telah disucikan oleh Hyang Tri Purusa dengan berbagai tirtha suci seperti Tirtha Samudra, Tirtha Suranadi, Tirtha Saraswati, Tirtha Yamuna, dsbnya.
Tirtha itu semua adalah sumber pembersihan atau penyucian segala noda, dosa, penyakit, kutukan, dan penderitaan.
Demikianlah disebutkan Lontar Anda Bhuwana dalam sumber kutipan Alih Aksara Dan Alih Bahasa Lontar sebagai konsep - konsep budaya Bali.
***