Manawa Dharmasastra

Manawa Dharma Sastra adalah salah satu kitab atau ilmu hukum Hindu yang merupakan kitab Weda Smrti lainnya, Dharma berarti hukum dan Sastra berarti ilmu.

Weda Smrti kelompok kedua secara hierarkis sesudah kelompok Weda Sruti (kelompok kitab-kitab Wahyu), yang dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena didalamnya banyak memuat :
  • dharma
  • kewajiban, dan 
  • aturan - aturan hukum umat manusia. 
Karena itu, kitab Smrti juga disebut sebagai Dharmashastra. 
Dharmasastra ini diajarkan oleh Manu, yang kemudian dikompilasikan oleh Maharshi Brghu. Inilah kitab hukum pertama dalam Hindu. 
Menurut mithologinya, pada jaman satya yuga para manu mendiktekan hukumnya ini dalam seratus ribu sloka kepada Maharshi Brghu, yang pada gilirannya mengajarkan kepada Rsi Narada

Kemudian Rsi Narada, berdasarkan pertimbangannya mengurangi aturan itu menjadi dua belas ribu sloka. Kitab hukum ini kemudian dikurangi lagi menjadi delapan ribu sloka oleh Rsi Markandeya

Dan Rsi yang lain, seperti Sumanthu menguranginya lagi menjadi empat ribu sloka. Akhirnya, Rsi lain yang tidak dikenal, mengurangi lagi menjadi 2.685 sloka.

Manawa Dharmashastra, seperti yang dikenal sekarang ini, terdiri dari 12 Adhyaya (bab atau buku) yang memuat 18 aspek hukum atau Wyawahara yang dapat dikategorikan dalam bentuk :
  • Hukum perdata agama, 
  • Hukum pidana agama,
  • serta peraturan-peraturan yang bersifat mengatur kehidupan sosial kemasyarakatan secara umum. 
Jadi ia merupakan kitab hukum Hindu dengan cakupan bahasan yang amat lengkap, luas dan ber-relevansi keluar maupun kedalam.

Demikian dikutip penjeasan tentang pengertian dan arti dari "Manawa Dharmasastra" dalam artikel Manawa Dharmasastra « Lingga Wardana blogs.

Contoh sloka - Sloka yang terkait dengan Manawa Dharmasastra seperti :
  • Proses aguron-guron sulinggih dijelaskan, antara lain dalam Manawa Dharmasastra II sloka 169 dan 170.
  • Tentang perkawinan beda agama, Manawa Dharmasastra 3.27.
  • Cuntaka, kebersihan dan kesehatan batin Manawa Dharmasastra V. 109
  • Tentang Acintya, Manawa dharmasastra I.3.
  • Fungsi dan tujuan sembahyang atau yadnya, sloka IV, 14.  
  • Ciri-Ciri Sifat Rajas disebutkan dalam Menawadharmasasta XII.32 yang disebutkan sangat bergairah akan melakukan tugas-tugas pekerjaan ....
  • Pemakaian binatang dan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana caru dalam upacara Bhuta Yadnya telah disebutkan dalam Manawa Dharmasastra V.40. Tumbuh-tumbuhan dan binatang yang digunakan sebagai sarana upacara Yadnya itu akan meningkat kualitasnya dalam penjelmaan berikutnya. 
  • Dalam Menawadharmasasta XII.33 disebutkan : Loba, pemalsu, kecil hati, kejam, atheis, berusaha yang tidak baik, berkebiasaan hidup atas belas kasihan pemberian orang lain dan tidak berperhatian disebutkan merupakan sifat tamas yang perlu dikendalikan dan dinetralisir.
  • Dalam penerapan kebenaran ajaran weda dari zaman ke zaman, Manawa Dharma Sastra VII.10 menetapkan adanya lima pertimbangan dalam mengamalkan Weda agar dharma yang kekal abadi itu sukses mencapai tujuan menuntun umat menuju hidup yang jagathita dan moksha (dharma sidhi artha) yang salah satunya disebutkan, 
    • Tattwainti kebenaran Weda yang dikemas oleh Iksha, Sakti, Desa dan Kala tetap sama dan tidak berubah.
  • dll 
Manawa Dharmasastra II.233, disebutkan kewajiban seorang anak untuk menjalankan tiga bhakti yaitu :
  • Berbakti pada ibunya mendapat pahala berupa kebahagiaan di bumi, 
  • Berbhakti pada ayahnya mendapatkan pahala kebahagiaan di alam tengah, dengan 
  • Berbakti pada guru kerohaniannya akan mencapai Brahma Loka. 
Berbakti pada tiga orang itulah yang dilakukan oleh Manik Angkeran sehingga ia dari kuputra menjadi suputra. 

***