Rsi Narada

Rsi Narada (Bagawan Naradha) adalah salah satu murid dari Maharshi Brghu yang berdasarkan pertimbangannya, Rsi Narada mengurangi aturan hukum Hindu dalam Kitab Manawa Dharma Sastra sehingga menjadi dua belas ribu sloka.

Rsi Narada yang dalam artikel Teja Surya Meditation, Rsi Narada disebutkan merupakan
  • seseorang pendeta atau sulinggih yang bijaksana dalam tradisi Hindu, yang memegang peranan penting dalam kisah-kisah Purana
  • khususnya penyusunan Bhagawata Purana yang menceritakan pencerahan spiritual yang dialami Narada sendiri yaitu dengan melakukan yoga untuk mengembara di tiga alam Tri Loka.
Beliau sebagai seorang pemuja besar Dewa Wisnu yang juga dijelaskan dalam artikel serba serbi Hindu Purana, Narada Purana yang berisikan upacara-upacara dari cara memuja Sang Hyang Wisnu yang diilustrasikan dengan bermacam-macam legenda, atau disisipkan dalam legenda-legenda, juga menemukan bagian didaktik yang menjunjung tinggi suatu disiplin hidup sebagai seorang Bràhmana.

Rsi Narada sebagai seorang tokoh yang dianggap berhasil mencapai kesempurnaan dengan kidung atau Dharma Gita dengan menyanyikan kidung suci keagamaan yang dalam salah satu kisahnya di jaman Tretayuga
Beliau berhasil mengalahkan seorang perampok yang bernama Ratnakara dengan sebuah kidung suci sebagaimana disebutkan akhirnya Ratnakara tersadarkan oleh kidung suci puja-puji Rama, Awathara Visnu yang dalam kisahnya diceritakan sebagai berikut :
Suatu ketika Rsi Narada berjalan-jalan keluar ashram dan sudah menjadi kebiasaan Sang Rsi bilamana berjalan-jalan ia selalu melantunkan kidung ("nyanyian suci"; Dharma Gita) puja-puji Rama, nama Rama dan sifat-sifat keagungannya diucapkan berulang-ulang tiada henti, berkat bhakti (cinta kasih yang tulus) beliau. maka kekuatan Rama sebagai avathara (penjelmaan) Visnu selalu melindungi perjalanan Sang Rsi Narada.
Beberapa saat Beliau agak mengantuk dan kurang konsentrasi dalam menyanyikan (menyebut) nama Rama …..Rama... Rama ji ge Rama saking kantuknya sampai terbalik menjadi Mara .... Mara sehingga artinyapun menjadi jauh berbeda. Mara dalam bahasa sansekerta artinya bahaya.
Betul saja tak lama kemudian muncullah bahaya, Ratnakara datang menghadangnya, namun Rsi Narada tidak begitu terkejut melihat sosok Ratnakara yang siap merampoknya, saat itu kebetulan Rsi Narada hanyalah membawa Wina (sejenis alat musik) maka diambillah Wina itu oleh Ratnakara.
Setelah Rsi Narada menyadari akan kekeliruannya dalam mengucapkan nama Rama ia pun memperbaiki kidungnya dengan penuh konsentrasi disertai rasa bhakti yang tulus dan mengulang-ulang kembali menyebut nama Rama dalam hati saja (manasa) tanpa terdengar oleh Ratnakara.
Kekuatan kidung suci itu benar-benar menggetarkan Atman yang bersemayam pada diri Ratnakara. Akhirnya Ratnakara tersadar akan dosa-dosanya yang pernah ia perbuat, ia lalu merunduk sebagai tanda hormat. Sejak itu pula Ratnakara menyesali segala perbuatannya seperti merampok, membunuh yang pernah dilakukannya.
Ia pun menjatuhkan dirinya ke kaki Rsi Narada sebagai ungkapan permintaan maaf yang tulus dari seorang murid (bhakta) kepada guru (acharya), ia lalu menyerahkan diri untuk menjadi muridnya, Sang Rsi Narada pun menerimanya dengan penuh cinta kasih, selanjutnya ia diberikan pelajaran yoga dan pemula hingga yang paling tinggi tingkatannya.
***