Daiwi Wak, bahasa sabda dewata sebagai penuntun hidup |
Inti yang diterapkan dalam penerapan kebenaran ajaran weda dari zaman ke zaman disebutkan tetap sama yaitu sanatana dharma sebagai suatu kebenaran yang abadi berdasarkan atas kitab suci weda.
Cuma dari wakt ke waktu, kemasan adat budayanya yang berbeda-beda.
Demikian juga akan berbeda menurut tempat di mana Weda diterapkan.
Karena buatan manusia, tentunya adat budaya itu juga tidak langgeng karena adat budaya itu dibatasi oleh ruang dan waktu.
Agar selalu menjadi menarik, adat budaya itu harus dipelihara dengan sebaik-baiknya yang sebagaimana disebutkan adat hindu harus selalu "natuna",
Agar selalu menjadi menarik, adat budaya itu harus dipelihara dengan sebaik-baiknya yang sebagaimana disebutkan adat hindu harus selalu "natuna",
- Layaknya memelihara rumah atau pakaian. Sewaktu-waktu dibersihkan, dalam waktu yang lain ada yang direhab. Kalau kotor dicuci, disetrika dan seterusnya. Kalau sudah tidak pas lagi baju itu diganti karena pemakainya sudah bertambah besar.
- Demikian jugalah halnya dengan adat budaya beragama Hindu. Harusnya terus menerus dilakukan upaya Nutana yaitu meremajakan adat budaya itu agar sesuai dengan perjalanan zaman. Yang penting isi di dalamnya sama yaitu Sanatana Dharma inti sari Weda.
Agar intisari Weda diterima diberbagai ruang dan waktu maka Manawa Dharma Sastra VII.10 menetapkan adanya lima pertimbangan dalam mengamalkan Weda agar dharma yang kekal abadi itu sukses mencapai tujuan menuntun umat menuju hidup yang jagathita dan moksha (dharma sidhi artha). Lima pertimbangan itu adalah
- Iksha, pandangan atau drsta di masing-masing ruang dan waktu harus dijadikan dasar pertimbangan menerapkan Dharma.
- Sakti, kemampuan umat.
- Desa, aturan rokhani setempat yang sudah berlaku baik.
- Kala, waktu saat dharma itu diamalkan yang menurut Manawa Dharmasastra I.86 prioritas beragama setiap zaman berbeda-beda. Mengamalkan Dharma sesuaikanlah dengan perubahan Yuga tersebut agar sukses.
- Tattwa, inti kebenaran Weda tidak berubah. Artinya intisari Weda yaitu Tattwa yang dikemas oleh Iksha, Sakti, Desa dan Kala tetap sama.
Untuk memelihara adat budaya dalam mengamalkan weda agar dharma yang kekal abadi itu sukses mencapai tujuan yaitu dengan konsep Tri Kona dan Tri Guna.
Karena itu di setiap Desa Pakraman di Bali ada Pura Kahyangan Tiga untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Tri Murti dalam konsep Tri Kona dan Tri Guna tersebut.
***