"Sebuah moralitas tidaklah mengikat agama tertentu dan ini bisa diajarkan dari mana saja."Karena dalam Hindu Dharma dikatakan bahwa sebuah agama bukan saja berkaitan dengan ritual semata, tetapi banyak yang dapat kita petik sebagai pesan moral dalam kehidupan sehari-hari :
- Bagaimana menghilangkan sifat dendam.
- Mengatasi gelap hati yang dapat menyebabkan diri terjerumus dalam penderitaan.
- Hidup bermasyarakat yang harmonis.
- Dll.
Seperti halya dikisahkan dalam kitab Sabha Parwa;
Karena nilai moral yang kurang baik juga akan dapat menyulut sebuah konflik,
Seharusnya pada waktu itu Drupadi tidak tertawa didepan Duryodhana yang sedang ditimpa musibah sehingga tidak akan terjadi ketersinggungan dan dendam di hati Duryodhana yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya perang bharatyudha.
Perbaikan-perbaikan moralitas bagi umat manusia dan termasuk para sulinggih sendiri sangatlah penting yang sebagaimana disebutkan :
Dengan norma yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi;
Untuk nantinya dapat mengembangkan sikap arif kepada alam dan berbuat adil kepada sesama makhluk demi kesejahteraan dan kemuliaan semua atau bersama.
Kitab Suci juga memiliki peranan fundamental dalam kehidupan manusia.
Dari sanalah perihal tatanan tingkah laku, moralitas, pertanyaan-pertanyaan metafisik manusia tentang eksistensi alam, manusia dan Tuhan dijabarkan, karenanya keberadaan kesusastraan yang dalam salah satu sumber kutipan slokantara dijelaskan.
Moral dari segi etimologis perkataan berasal dari bahasa Latin yaitu “Mores” yang berasal dari suku kata “Mos”.
Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, susila.
Moralitas berarti yang mengenai kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban). Orang yang susila yaitu orang yang baik budi bahasanya ( Darmadi, 2007:50).
- Ajaran tentang baik burukyang diterima umum mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti, susila;
- Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan;
- Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Terkait dengan moralitas Wiranata menyatakan bahwa nilai-nilai moral itu secara umum mempunyai beberapa ciri, diantaranya :
- Moral selalu terkait dengan tanggung jawab manusia.
- Dalam hal ini apapun yang dilakukan oleh manusia selalu harus dapat dipertanggung jawabkan.
- Nilai moral membawa konsekwensi benar-salah, baik-buruk, karena manusia itu sendiri adalah sumber dari nilai moralnya.
- Moral selalu berkaitan dengan hati nurani manusia.
- Hati nuranilah yang menghimbau manusia untuk berbuat sesuatu. Kalau manusia ingin perbuatannya dinilai baik atau buruk,benar atau salah, maka manusia harus mengendalikan hati nuraninya.
- Jika hati nuraninya baik dan bersih, maka perbuatannya akan menjadi layak dan patut, sedangkan jika hati nuraninya penuh kedengkian, maka perbuatannya punakan sama buruknya.
- Moral bersifat mewajibkan.
- Nilai moral tak dapat ditawar oleh siapapun juga. Moral yang bersumber dari hati nurani akan memberikan perintah kepada manusia untuk mewajibkan pengembalian apa yang dipinjamnya.
- Sesuatu barang yang bukan miliknya tidaklah pantas untuk diambil dan dimiliki secara tidak sah.
- Moralnya akan mewajibkan orang itu untuk tidak memiliki barang tersebut.
- Moral berbentuk formal.
- Moral bersifat serentak dan berkaitan dengan sejumlah nilai lain. Moral tak dapat berdiri sendiri, sebab ia tidak akan bermakna apabila tidak disertai dengan nilai lainnya.
- Moral akan menjadi sesuatu yang berarti jika telah diwujudkan dan terkait dengan fenomena lainnya.
- Misalnya kesetiaan akan bermakna jika dikaitkan dengan harmonisasi hubungan cinta kasih suami istri.
Dalam bukunya Filsafat Moral, Poespoprodjo (1998:118) menjelaskan bahwa :
- moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk.
- Hal ini senada dengan pendapat Poedjawiyatma (2003:27) yang mengatakan bahwa moral merupakan pengetahuan tentang baik dan buruk.
- Seperti halnya disebutkan subha dan asubha karma terutama bagi yang ingin sukses menempuh jalan rohani (Bhagavadgita (XVI.21)
Sedangkan nilai moral,
dari segi objektif soal moral mempunyai nilai yang dalam arti tertentu, tidak bersyarat dan mutlak, meskipun ia bukan tidak terbatas. Nilai ini bersama tujuan tertinggi manusia dan hukum ilahi merupakan dasar kekuatan hukum moral kodrat yang mengikat dan tak bersyarat. Tujuan tertinggi manusia yaitu kebahagiaan.
***
Kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak, Moksartham jagadhita ya ca iti dharma sebagai tujuan hidup;Sebagai bahan renungan :
Ketika saudara/ Tugelan mu terpuruk ...
Akankah kalian meninggalkan atau melambaikan tanganmu utk merengkuhnya ?!?
Dan jangan menilai sesuatu hal dari luarnya saja karena mulia itu tidak dicerminkan oleh penampilan.
***