Karena dimana wanita tidak hargai dan dilecehkan disana akan terjadi kehancuran". [Manawa Dharmasastra 3.58]
Bhagavad Gita XVII.2 dan XVII.4 menyebutkan :
"Dimana wanita hidup dalam kesedihan, keluarga itu akan cepat hancur, tapi dimana wanita tidak menderita keluarga itu akan bahagia"
Karena bagaimanapun, Wanita merupakan sesuatu yang senantiasa menarik untuk dibicarakan.Sebagai bagian kedua dari parwa epos Mahabharata, Kisah ini sejatinya diceritakan bermula atas rencana Duryodana dan usaha licik Sangkuni yang dalam asta dasa parwa dalam cerita dan tradisi agama Hindu Bali disebutkan bahwa :
Permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian,
Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
Diceritakan berawal pada saat dalam pembuatan kerajaan Indraprasta sampai pengasingan Pandawa kedalam hutan karena kalah bermain dadu disidang istana.
Membicarakan masalah citra wanita secara universal sesuai pula dengan tipe atau kecenderungan berdasarkan sifat atau wataknya.
Sri Krisna dalam kitab suci Bhagawadgita membedakan dua kecenderungan yang terdapat pada diri umat manusia, yakni :
- Kecenderungan kedewataan atau Daivi Sampat yang menyebabkan orang bersifat mulia dan;
- Kecenderungan keraksasaan atau Asuri Sampat yang menyebabkan orang-orang berwatak jahat.
Dimana Drupadi dan Kunti dengan setia menemani suami dan anaknya pergi ke Hastinapura untuk memenuhi undangan dari Raja Hastinapura.
Seharusnya seorang wanita diperlakukan dengan baik, disayang, diagungkan tetapi dalam kitab tersebut wanita sangat tidak mendapatkan perlakuan yang layak karena kehormatannya sudah dinodaiKemuliaan seorang wanita dapat dilihat pada sosok Drupadi.
- Kebaikan Drupadi dan kebijakan Drupadi mengambil keputusan dengan meminta semua suaminya dibebaskan mencerminkaan bahwa dia adalah sosok wanita yang mulia dan bijak
- Perempuan sebagai sakti Subadra dan Dewi Drupadi adalah sakti dari masing-masing suaminya. Yang dimana Subadra merupakan istri dari Arjuna dan Drupadi merupakan istri dari para Pandawa.
Nilai Pendidikan Agama Hindu yang terkandung dalam kitab Sabha Parwa
- Nilai moralitas: nilai moral drupadi waktu itu kuranglah baik, seharusnya dia tidak tertawa didepan Duryodhana yang sedang ditimpa musibah sehingga tidak akan terjadi ketersinggungan dan dendam di hati Duryodhana.
- Nilai gender yang terdapat dalam kitab sabha parwa adalah ketika terjadi ketidak adilan Gender dimana wanita disana mengalami kekerasan dalam fisik maupun batinnya
- Nilai Pitra Yadnya: nilai pitra yadnya yang terdapat dalam kitab sabha parwa adalaah ketika Yudisthira beserta istri dan adik-adiknya melakukan Rajasuya yadnya sebagai rasa terimakasih mereka kepada dewa dan para leluhur karena kerajaan Indraprasta sudah selesai dibangun. Selain itu Rajasuya Yadnya ini dilakukan agar arwah ayahnya dan kakek Santanu bisa langsung menuju Indraloka.
- Nilai Rsi yadnya: nilai Rsi Yadnya yang terdapat dalam kitab Sabha Parwa adalah ketika Dharmaputra sangat menghormati para Rsi yang telah berjasa membantu kelangsungan upacaranya sehingga bisa berjalan dengan lancar.
- Nilai tat twam asi: Nilai Tat twam asi yang terdapat dalam kitab Sabha Parwa adalah Wikarna terketuk hatinya merasakan pahit, sakit, sedihnya Drupadi pada waktu itu.
- Dia merasa sedih ratu dari keturunan kuru dihina oleh keluarganya sendiri disidang Istana.
- Sampai akhirnya dia satu-satunya orang yang berani mengemukakan kebenaran di depan semua orang dan
- Nilai Matsarya (iri hati): Nilai iri hati yang terdapat pada Kitab Sabha Parwa adalah kecemburuan dan keiri hatian Duryodhana akan keberhasilan para Pandawa membangun Indraprasta menjadi kerajaan yang kaya dan sangat di puji oleh semua orang.