Arsitektur Pura

Arsitektur Pura adalah seni dalam perancangan pura sebagai tempat suci berdasarkan konsep asta kosala - kosali dan asta bhumi serta lontar lainnya dalam tinjauan dan kajian arkeologis arsitektur pada Pura Maospait dengan pura - pura kuna lain di Bali yang dalam ringkasanya sebagaimana disebutkan :
  • Penataan halaman pura tidak terlepas dari beberapa konsep berdasarkan lapisan alam ini yakni Tri Loka dan konsep Tri Angga (nista, madya, utama) yang kedua konsep ini menekankan makna sakral dan profan di lingkungan pura .
  • Komposisi bangunan-bangunan yang ada di dalam pura berjajar dari utara ke selatan atau kaja-kelod di sisi timur, menghadap ke arah barat dan sebagian di kaja menghadap ke kelod. 
  • Tempat pemujaan atau pura terdiri atas beberapa bangunan, 
    • Pelinggih untuk tempat perwujudan (menstanakan) yang dipuja atau diupacarai atau yang dipuja dari pura tersebut :
      • Pelinggih Utama :
        • Padma sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, bentuknya lengkap, madia dan sederhana, masing-masing disebut padmasana, padmasari, padma capah.
        • Meru | bentuknya menonjolkan keindahan atap bertingkat-tingkat yang disebut atap tumpang. Jumlah tumpang atap selalu ganjil, meru tumpang 3, 5, 7, 9 dan 11
          sebagai tingkat tertinggi.
        • Gedong | konstruksi kayu, atapnya alang-alang, ijuk atau bahan-bahan penutup atap lain yang disesuaikan dengan bentuk dan fungsinya.
        • Tugu | bahan bangunan pada umumnya bahan batu alam seperti batu padas, batu karang laut, batu bata atau jenis-jenis batu lainnya atau campuran atas beberapa jenis batu.
      • Pelinggih runtutan :
        • Tajuk atau pepelik bentuk dan konstruksinya serupa bangunan gedong terbuka tiga sisi ke depan dan ke samping, fungsinya untuk penyajian sarana dan perlengkapan upacara saat pelaksanaan upacara yadnya dan piodalan
        • Paliangan, bentuk dan konstruksinya serupa dengan gedong, sedikit lebih besar dan ada yang memakai tiang jajar.
        • Pelinggih Taksu 
          • Taksu Nenggeng atau seperti gedong bertiang satu 
          • Taksu nyangkil
          • dll
        • Kemulan rong tiga | dengan empat tiang, empat tiang lainnya merupakan tiang gantung dengan masing-masing dua di tepi kanan dan dua di tepi kiri Bangunan-bangunan kemulan dengan taksu untuk tempat pemujaan di Merajan
        • Gedong mas catu dan mas sari memiliki bentuk dan konstruksi yang sama dengan gedong. 
            • Mas catu puncak atapnya tumpul sedangkan 
            • Mas sari puncak atapnya kerucut lancip. 
          • Fungsinya untuk tempat pemujaan sri sedana, harta kekayaan untuk kesejahteraan. 
        • Menjangan seluang  memiliki bentuk dan konstruksi serupa gedong, terbuka tiga sisi, pada bagian depan memakai tiang tengan dengan kepala menjangan. Fungsinya sebagai tempat untuk pemujaan Mpu Kuturan penyebar agama Hindu dan pembinanya. 
        • Gedong Agung, Gedong ibu atau gedong batu, bangunan gedong besar dengan dinding tembok batu berhias ornamen pepalihan. Fungsinya untuk tempat pemujaan leluhur di sanggah atau pamerajan, Pura Kawitan, dadia atau paibon. Ada pula yang dibangun di pura -pura Kahyangan Tiga.
    • Bangunan pelengkap untuk pelaksanaan upacara yadnya dan piodalan
      • Bale Pawedan, terletak berhadapan dengan pelinggih pemujaan.
      • Bale Piyasan, 
      • Bale Gong, 
      • Bale pengambuhan.
      • Bale Paruman
    • Bangunan tambahan yang menyempurnakan 
      • Candi | bentuknya serupa dengan tugu, pada bagian kepala memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas yang sesuai dengan keindahan proporsi, bentuk, fungsi dan besarnya atap candi bertingkat tiga sampai sebelas,
        dengan fungsinya sebagai pintu masuk, 
        • Candi Bentar, fungsinya sebagai pintu masuk
        • Candi Gelung atau kori agung letaknya di tembok penyengker batas pekarangan pura, 
        • Candi Rengat letaknya di halaman pura di jeroan . 
      • Bale Kulkul, 
      • Pewaregan, (paon/dapur) 
      • Wantilan.
Sedangkan struktur bangunan dan pelinggih pura yang mengacu kepada konsep Tri Hita Karana dalam ikatan keharmonisan alam ini,
  • Bebaturan bawah menggunakan batu alam dengan bentuk-bentuk pepalihan dan hiasan untuk menentukan tingkat keutamaan bebaturan.
    • Tepas atau repas hujan merupakan bidang dasar bangunan antar pondasi dan pasangan bebaturan. 
  • Rangka ruang bagian tengah, yang sebagian badan bangunan untuk tempat pemujaan dengan konstruksi kayu tiangnya sebagai pokok konstruksi dengan lambang sineb, ikatan atas dan sunduk waton ikatan bawah, kaki tiang di bawah waton.
  • Patra hiasan ukiran pada pintu dan tiang-tiang jajar sendi alas tiang hiasannya menggunakan singa bersayap, karang tapel dll pada penyangga tiangnya. 
  • Pada bagian kerangka ruang pemujaan dipakai kayu-kayu khusus untuk parhyangan, kayu cendana, menengan, majagau, cempaka dan beberapa jenis kayu lainnya. 
  • Atap bagian atas dengan bentuk-bentuk pelana kampyah atau limasan. Kayu-kayu bahan kerangka atap dari kayu-kayu kelas khusus seperti kerangka ruang badan. 
    • Betaka sebagai konstruksi pengikat puncak atap bahannya kayu cendana atau jenis-jenis kayu utama lainnya yang lebih utama dari kayu-kayu kerangka di bawahnya. Bahan penutup atap dipakai ijuk, alang-alang atau sirap bambu dari pegunungan yang mudah menghasilkan bambu. 
    • Bangunan-bangunan pemujaan di sanggah atau pamerajan dan pura-pura yang sederhana konstruksi atau pelana kampyah dari bahan alang-alang. 
    • Penyelesaian konstruksi rangka atap serupa dengan atap bangunan rumah tradisional Bali, yang ukuran-ukuran batang konstruksi dan jarak lebih kecil sesuai dengan besar bangunan. 
    • Susunan rangka, pemade, pemucu, iga-iga dedalas, kolong, dedeleg atau betaga dan tuge bila diperlukan. 
    • Alang-alang sebagai penutup diikat dalam bentuk bidang-bidang ingketan yang diikatkan pada iga-iga. Ujung atap dipotong rapi. 
    • Atap ijuk bisa dengan sistem ingketan atau dengan sistem jepit setiap lapis pada bilah-bilah jepitan. Atap bagian bawah pada dedalas dengan lekesan ijuk yang dipotong rapi. Puncak atap ditutup dengan paso atau murdha berornamen.
***