Pepalihan adalah tingkatan - tingkatan bebaturan sebagai ornamen hias yang memiliki makna dan simbol tersendiri.
Dalam arsitektur pura dengan beberapa tingkatan pepalihan yang berbeda - beda untuk sebuah pelinggih.
Dalam arsitektur pura dengan beberapa tingkatan pepalihan yang berbeda - beda untuk sebuah pelinggih.
Penggunaan pepalihan dalam motifnya disebutkan,
- Ornamen yang terdapat pada bagian bebaturan berupa pepalihan dalam meru kutipan artikel Bali Cintaku sebagaimana disebutkan,
- karang asti atau karang gajah pada setiap sudut,
- karang tapel pada bagian tengah di keempat sisi pada bagian paling dasar di atas tepas hujan.
- Kemudian pada bagian atasnya terdapat karang goak di keempat sudut dan
karang bunga dan simbar gantung pada bagian tengah.
Ornamen berupa patung naga dan bedawang nala (kura-kura) biasanya dapat dilihat pada pepalihan bagian dasar kaki dan tangga meru. Naga dan kura-kura sebagai perlambang kemakmuran. Juga dilengkapi patung-patung lain sesuai dengan kondisi masing-masing pura seperti arca dewa, arca manusia, dan lain-lain. - Sedangkan pahatan pepalihan Manuk Dewata yang berbentuk wajah burung gagak ini dapat dimaknai sebagai petunjuk bahwa pepalihan ini menggambarkan habitat hidup bangsa burung yang memiliki sayap dan mampu terbang.
- dll.
- Dalam kaitannya dengan perwujudan Padmasana,
- Karang Bhoma dapat dimaknai sebagai spirit penjaga kesakralan padmasana yang juga merupakan simbolisasi hutan di kaki gunung.
- Berdasarkan atas rong (ruang) dan palih (undag atau tingkat) terdiri atas :
- Padmasana Anglayang atau Padma Anglayang, Rongnya : 3, Palihnya : 7 menggunakan Bedawang nala.
- Padma Agung, Rongnya : 2, Palihnya : 5 dan menggunakan bedawang nala
- Padmasana, Rongnya : 1 Palihnya : 5 menggunakan bedawang nala
- Padmasari, Rongnya : 1, Palihnya : 3 dimana yang paling bawah disebut palih taman, yang tengah palih sancak dan yang diatas palih sari dan tidak menggunakan bedawang nala
- Padma Capah, Rongnya : 1, Palihnya : 2 yaitu dibawah palih taman, di tengah palih capah dan tidak menggunakan Bedawang nala.
- Pepalihan wayah, pundan berundak tiga seperti anak tangga yang jumlahnya tiga dan masing masing mempunyai nama yang diurut dari bawah, yaitu weton, pai, dan ganggong.
- Pelok sebagai pembatas tiap-tiap pepalihan.
- Penyorog sebagai pembatas tiap-tiap pepalihan yang bagian tepinya mengalami kemiringan kira-kira empat puluh lima derajat.
- Padma terdiri atas undakan yang berjumlah lima.
- Peneteh sebagai pembatas yang ukurannya kira-kira dua senti meter.
- Pebentet yaitu pembatas yang ukurannya kira-kira lima senti meter.
- Gulese bungkul atau cakep gule, dua undak digabung menjadi satu dengan pinggiran menyerupai sudut segi tiga.
- Amenlima sebagai bidang datar yang persegi empat panjang yang berada di tiap-tiap dinding.
- Lelengen yaitu ruang segi empat panjang berada di tiap-tiap sudut pepalihan.
***