Menjangan Saluang

Menjangan Saluang adalah simbol keharmonisan Tri Hita Karana dalam upaya untuk menghormati Mpu Kuturan yang telah berjasa mempersatukan umat berbagai Sekte di Bali.

Hal ini dilakukan sebagai sebagai wujud rasa bhakti dalam penerapan Rsi Yadnya yaitu dengan memberikan rasa hormat kepada seorang rohaniawan, agamawan dan sekaligus pemimpin keagamaan.

Dalam arsitektur pura, pelinggih menjangan seluang memiliki bentuk dan konstruksi serupa gedong, terbuka tiga sisi, pada bagian depan memakai tiang tengan dengan kepala menjangan. Fungsinya sebagai tempat untuk pemujaan.

Menjangan Seluang sebagai ikatan spiritual leluhur Nusantara (ref fb Hindu Dharma).

Banyak wacana tentang menjangan saluang. Sayangnya, analisis itu justru membingungkan. Namun secara sederhana “menjangan saluang” berasal dari kata “menjangan” (binatang rusa) dan “saluang” (kepala). 
Secara gamblang artinya adalah “kepala menjangan” / kepala rusa. Bukan “menjangan sakaluang” !! yang diartikan menjangan sebagai tiang penyangga (saka) dari bangunan pelinggih.

Mengapa ada pelinggih yang diisi kepala menjangan?
Adalah simbol penghormatan dan pemujaan kepada Mpu Kuturan yang telah meletakkan dasar-dasar spiritual masyarakat Bali yang dianut sejak seribu tahun yang lalu sampai saat ini. 

Ada pula mengatakan sebagai simbol pemujaan kepada Sang Panca Tirtha / Pandita (Sang Panca Resi) yakni Mpu Semeru, Mpu Kuturan, Mpu Gnijaya, Mpu Bradah, dan Mpu Gana. Lebih luas lagi, sebagai pemujaan ke Majapahit (tanah Jawa).
 
Hal di atas tampak memiliki kesamaan yakni pemujaan kepada para danghyang dan para leluhur di tanah Jawa. 
Dengan demikian “menjangan seluang” adalah sebagai simbol ikatan rohani masyarakat Bali dengan tanah Jawa, atau lebih luas lagi ikatan dengan para leluhur nusantara.

Dimana ditempatkan simbol “menjangan seluang?
Karena sebagai simbol pemujaan kepada para leluhur, para danghyang, para Mpu yang sudah “meraga dewa”, mejangan seluang diletakkan pada pelinggih “pesaren gede” yakni pelinggih yang fungsinya sebagai pengayatan para dewa – dewi, para danghyang, para pandita, maha resi yang sudah mencapai alam kedewatan. 
Ada pula menjangan seluang diletakkan di “tajuk pepelik” yang fungsinya sama dengan Bale Pesaren Gede. 

Dimana bale pesaren ini hanya ada di “sanggah gede” / “merajan ageng”.

Dan mengapa kepala menjangan menjadi simbol?. 
Karena menjangan dianggap sebagai simbol kemulyaan.

***