Sejarah Hari Raya



Nyepi | Ngembak Geni

Tumpek Landep | Buda Wage Ukir ..........

Saraswati, Pegat Tuakan, Pemacekan Agung dll


Hari raya yang di Bali biasanya disebut sebagai rerahinan jagat atau rahinan gumi yang dirayakan pada hari-hari suci tertentu yaitu :
Dengan dilandasi kesucian oleh pemahaman universal akan hadirnya satu Pencipta, Dharma yang berpusat pada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 
Berikut beberapa sejarah hari raya dan pengertian yadnya (banten) dari upacara perayaan hari raya keagamaan Hindu Dharma yang biasanya di rayakan di Bali.

Galungan | Hari raya kemenangan dharma melawan adharma sebagai lambang dari asuba karma ini pertama dirayakan pada tahun 804 Saka (882 Masehi), keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka … sejak itu Galungan terus dirayakan oleh umat Hindu di Bali secara meriah………..

Kuningan | Perayaan ucapan terimakasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia (umat) yang telah menerima anugrah dari Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya atas dasar cinta-kasihnya....

Siwa Ratri | Mengingatkan kita pada kisah si Lubdhaka yang memperoleh tiket masuk sorga, salah satu dari 5 lapisan swah loka setelah dia mati ....... Lubdaka menjadi rebutan dari kedua balatentara baik pengikut Sang Suratma maupun pengikut Dewa Siwa. Ketegangan mulai muncul ..........

Melasti | ....... melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan. Bagi pura yang memiliki arca (pratima atau pralingga) seyogyanya ....

Dalam perayaan dan upacara yadnya di Bali ada beberapa hal juga seperti :
Mepeed
Tetandingan banten, baik yang dipersiapkan oleh pribadi masing - masng maupun desa adat pekraman dalam sebuah yadnya adalah sebagai perwujudan dari manifestasi (prabhawa) Ida Hyang Widhi juga memiliki variasi dan dekorasi yang menarik sebagai bagian dari seni budaya dan rasa bhakti yang dihaturkan oleh umat hindu dan para pemangku ataupun sulinggih melalui mantra - mantra beliau.

Dan juga disebutkan dalam melakukan yadnya hendaknya berdasarkan keiklasan, keyakinan dan kepercayaaan.

Sehingga seluruh persiapan dan rangkaian hari raya, upacara yadnya maupun piodalan di Bali terlihat seluruhnya tetap melestarikan adat, seni dan budaya Bali.


Dan ketika hari raya tiba, umumnya mudik dilakukan oleh krama tamiu yang juga merupakan sebuah warisan budaya Hindu Nusantara masa lampau sebagai cerminan dari manusia yang tak melupakan tanah kelahirannya dan tak melupakan asalnya.
***