Triatma

Triatma adalah tiga aspek dari atma itu sendiri sebagai roh suci leluhur yang bersthana di Sanggah Kemulan yaitu :
  1. Atman, jiwa dari setiap makhluk hidup.
  2. Siwatman, Tuhan sebagai sumber dari jiwa tersebut.
  3. Paramatmanasal segala yang ada ini dan kepadaNya pula segala yang ada ini akan kembali yang dalam Panca Sradha disebut Brahman, Sanghyang Widhi yang bermanifestasi sebagai Hyang Tri Murti dalam prabawanya sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur.
    • Suatu kebahagiaan yang tidak disusul oleh kedukaan kembali;
    • Melalui jalan moksa dengan bersatunya Atman dengan Brahman.
Demikianlah sesungguhnya manusia (yang dalam bahasa Bali halus disebut jatma) itu ada karena adanya atma yang lahir dan kelahiran tersebut dapat berulang-ulang seperti halnya adanya reinkarnasi ke dunia ini.

Dengan demikian atmalah yang menjadi sumber adanya manusia itu sesungguhnya yang dalam beberapa kutipan lontar sebagaimana dijelaskan oleh Vie Wiani dalam sanggah kemulan sebagai sthananya Sanghyang Triatma tersebut.

Dalam lontar Usana Dewa disebutkan dalam terjemahan artinya :
”Pada sanggah Kamulan beliau bergelar Sang Hyang Atma, pada ruang kamulan kanan ayah, namanya Sang Hyang Paratma. Pada kamulan kiri ibu, disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengah diri-Nya, itu Brahma, menjadi purusa pradana, berwujud Sang Hyang Tuduh (Tuhan yang menakdirkan).”
Demikian juga lontar Gong Wesi disebutkan dalam terjemahan artinya :
“…… nama beliau sang atma, pada ruang kamulan kanan bapakmu, yaitu Sang Paratma, pada ruang kamulan kiri ibumu, yaitu Sang Sivatma, pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi Sanghyang Tunggal menyatukan wujud”
Dari dua kutipan lontar di atas jelaslah bagi kita, bahwa yang bersthana pada sanggah kamulan itu yaitu Sanghyang Triatma, yaitu; 
  • Paratma yang diidentikkan sebagai ayah (purusa), 
  • Sang Sivatma yang diidentikkan Ibu (predana) 
  • dan Sang Atma yang diidentikkan sebagai diri sendiri (roh individu). 
Yang hakekatnya Sanghyang Triatma itu tidak lain dari pada Brahma atau Hyang Tunggal/ Hyang Tuduh sebagai pencipta (upti).

Dalam rontal Tatwa Kapatian disebutkan bahwa 
sanghyang atma (roh) setelah mengalami proses upacara akan bersthana pada sanggah kamulan sesuai dengan kadar kesucian atma itu sendiri. 
Atma yang masih belum suci, yang hanya baru mendapat “tirtha pangentas pendem” atau upacara sementara (ngurug) juga dapat tempat pada Sanggah Kamulan sampai tingkat “batur kamulan”, seperti disebutkan :
  • “Mwah tingkahing wong mati mapendem, wenang mapangentas wau mapendem, phalanya polih lungguh Sang Atma munggwing batur kamulan” (Rontal Tattwa Kapatian, 1a. 1b).
  • Artinya :
    • “Dan prihalnya orang mati yang ditanam, harus memakai tirtha pangentas baru diurug, hasilnya mendapatkan tempat Sang Atma pada Batur Kamulan”
Dari kutipan-kutipan di atas jelaslah bagi kita bahwa Hyang Kamulan yang dipuja pada Sanggah Kamulan juga roh suci leluhur, 
  • roh suci Ibu dan Bapak ke atas yang merupakan leluhur lencang umat yang telah menyatu dengan Sang Penciptanya, 
  • yang dalam lontar Gong Wesi/ Usana Dewa sebagai Hyang Tuduh atau Brahma, yang merupakan asal muasal adanya manusia di dunia ini.
Hyang Tri Murti Dewanya Sanghyang Tri Atma
Kalau kita renungkan lebih mendalam, tentang Sanghyang Tri Atma seperti disebutkan pada Gong Wesi dan Usana Dewa, maka pengertian Hyang Kamulan sesungguhnya akan lebih tinggi lagi. 
Karena telah disebutkan bahwa penyatuan Sanghyang Tri Atma yaitu hyang Tuduh/Tunggal yang menjadi Brahma sebagai Sang Pencipta.
Dalam mantram “Sapta Omkaratma” disebutkan yang dimaksud dengan Tri Atma, yaitu : 
  • Am, Atma dewanya Brahma, 
  • Antaraatma dewanya Wisnu, dengan wijaksaranya Um, 
  • dan Paramatma dewanya Iswara dengan wijaksaranya Mang. 
***