Daftar istilah yang biasa digunakan dalam upacara ngaben

Berikut adalah beberapa simbolisasi dan istilah - istilah ritual dalam upacara ngaben yang terkait dengan upacara kematian dalam Pitra Yadnya agama Hindu yaitu :
  • Ngastawa adalah melakukan stuti dan sthawa kehadapan Hyang Widhi Wasa dalam aspek-aspek tertentu datam konteks upacara ngaben.
  • Ngaskara adalah melakukan penyucian roh orang yang di abenkan untuk bisa menjadi pitara. Sebelum askara dilakukan, rohnya disebut petara atau atma preta, karena masih kotor (bhuta cuil).
  • Narpana | memberi pabuktian atau bekal di alam baka berupa hidangan, pakaian dan lain-lain.
  • Mratina | melebur yaitu memisahkan purusa dan pradana / prakerti orang yang diabenkan itu untuk dikembalikan ke sumbernya masing-masing. 
    • Purusa dikembalikan ke Mahapurusa, dan 
    • Prakerti dikembalikan ke pancamahabhuta-agung. 
    • Atau dengan lain perkataan, bahwa mralina berarti ngalepas sang atma.
  • Mapegat. Upacara ini mengandung makna menghilangkan makna atau kekotoran pada sang atma supaya tidak lagi dilekati kekotoran. Di dalam mapegat ini, dilakukan pula paperasan yang bermakna menghubungkan sang atma dengan sentananya atau keturunannya.
  • Melaspas patulangan. Ini bermakna membersihkan atau nyapsap pekerjaan tukang - wadah dan tukang - patulangan.
  • Melebu atau makutang. ini bermakna membuang kekotoran yang melekati sang atma termasuk pula sthula sarira atau jasad manusia. Jasad manusia yang berasal dan unsur - unsur Panca Maha Bhuta dikembalikan ke asalnya yaitu Panca maha bhuta agung yaitu alam bumi ini yang disebut bhur - loka.
  • Jenazah diputar 3 kati ke kiri pada waktu berangkat dan rumah, pada persimpangan jalan dan setelah sampa di setera. Perputaran arah ke kiri adalah simbolisasi perjalanan turun. Kalau perputaran ke kanan adalah simbolik perjalanan naik. Itulah sebabnya ada dua arah perputaran dalam suatu upacara agama yaitu 
    • pradhaksina, perputaran ke kanan dan 
    • prasawya, perputaran ke kiri
  • Meletakkan dipatulangan. ini bermakna bahwa sang atma akan berjalan menghadap Hyang Widhi, karena bentuk-bentuk patulangan itu mempunyai simbolik.filosofi yang dalam (lihat juga keterangan dalam butir 11.2.3)
  • Membakar jenazah atau pangawak - sawa. ini mengandung arti simbolik, bahwa manusia diciptakan okh Dewa Brahma dan setelah mati kembali lagi kepada Dewa Brahma atau menuju Brahma – loka.
    Ngareka. ini mengandung makna mewujudkan kembali orang yang diabenkan itu dalam wujud yang lebih halus.
  • Sekah - Tunggal | pangawak atau perwujudan sarira orang yang diabenkan itu dalam wujud yang lebih halus. (Apabila sekah - tungggal itu berisi abu tulang sang mati, disebut sekah asti).
  • Ngiring. ini adalah suatu simbolisasi melepas sang atma menuju alam baka bhuwah loka ( nyalanang sang atma).
  • Nganyut. Ini bermakna menghanyutkan pangawak atau tawulan, sehingga menjadi lenyap. Selain itu upacara ini juga mengandung arti simbolik, bahwa sang atma berjalan menuju Wisnu - loka.
  • Makelemiji. Jni bermakna nyapsap atau membersihkan sebel keluarganya dan membersihkan rumahnya dan sesebelan.
  • Pamuput karya. Ini bermakna menghaturkan rasa terima kasih serta mempermaklumkan upacara ngaben telah selesai dilakukan.
  • Ngarorasin. ini mengandung makna bahwa batas waktu sasebelan atau cuntaka perumahan telah selesai.
Demikian beberapa hal yang biasanya digunakan dalam upacara pengabenan yang juga sebagai tambahan, penggunaan kajang disebutkan disesuaikan dengan jenis dan ketentuan surat kajang dari masing - masing kawitan.
***