Dharma Gita adalah lagu-lagu suci kerohanian yang dalam pelestarian seni budaya biasanya juga sering dilombakan.
Menurut kepercayaan Hindu, pengucapan dharma gita yang tepat akan membentuk budhi nurani yang suci. pikiran dan manah pun akan kuat dalam mengendalikan indria.
Indria yang terkendali akan mampu mengarahkan manusia agar selalu berpegang pada ajaran dharma dan kebenaran.
Seperti dalam mengiringi upacara meprani yang dikutip dari artikel eviindrawanto dalam jurnal Travelog Indonesia.Sebagaimana juga dijelaskan dalam materi pelajaran pendidikan agama hindu kelas XI, beberapa pengertian & istilah dharma gita ini disebutkan seperti berikut ini :
- Sloka, biasanya terdiri dari empat baris dalam satu bait dengan jumlah suku kata yang sama setiap barisnya. Sloka biasanya bersumber dari kitab suci yang umumnya berbahasa Sansekerta.
- Palawakya menggunakan Bahasa Jawa kuno / kawi dan berbentuk prosa. Dalam membaca dan melantunkan irama ditentukan pada intonasi serta ketepatan pengejaan dan pemenggalan kata.
- Kekawin/Kidung/Tembang, di setiap daerah memiliki jenis-jenis kidung/tembang tersendiri, di Bali kidung dikelompokkan menjadi :
- Sekar Agung / Kekawin
- Sekar Madya/ kidung
- Sekar alit / pupuh
- Kidung Dewa Yadnya, kidung yang isinya tentang pujian kehadapan Hyang Widhi beserta segala manifestasinya.
- Kidung Rsi Yadnya, kidung yang isinya tentang kewajiban-kewajiban yang harus dijalani seorang wilen.
- Kidung Pitra Yadnya, kidung yang isi syairnya menyatakan perjalanan roh / atman menuju alam baka yang diantar oleh saudara empat (Catur sanak).
- Kidung Manusia Yadnya, kidung isi syairnya tentang seorang yang melaksanakan upacara penuh semangat dan dihormati serta dikagumi oleh masyarakat.
- Kidung Bhuta Yadnya, kidung yang isinya tentang upacara persembahan kepada Bhuta Kala yang ada pada arah penjuru bumi agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Demikianlah disebutkan budaya dari umat Hindu dalam melaksanakan suatu yadnya, yang pada umumnya dibarengi dengan adanya lagu-lagu kerohanian.
***