Demikian disebutkan dalam sumber kutipan : Bimbingan Ketrampilan Hidup yang Berlandaskan Tri Hita Karana.
Sebagaimana juga disebutkan perayaan tumpek ubuh ini sebagai rasa bhakti untuk memuja Dewa Sangkara dalam hal perlindungan bagi tumbuh-tumbuhan yang juga dalam Dewata Nawa Sanga, Dewa Sangkara dipuja di Pura Puncak Mangu, sebagai salah satu bagian dari Catur Loka Pala.
Untuk banten tumpek uduh, pesan Ida Pedanda Gede Made Gunung di Fb dijelaskan sebagai berikut :
- Yang paling sederhana; Canang yang dihaturkan di merajan dan di salah satu pohon atau taru apa saja boleh yang masih dalam kepemilikan anda,
- Jika tidak punya pohon ?
- yaaa... rumput pasti ada,
- di situlah menghaturkan canang dan lanjutkan sembahyang di merajan.
- Kalau punya dana,
- tambahkan banten tadi dengan pejati di merajan. kalau bisa lebih, tambah banten bayuhan , prayascita, durmanggala, tipat bantal, sasat gantung-gantungan yang berisi bubur, samsam, tepung tawar, dan jerimpen alit, banten ini untuk di pohon. di merajan tetep pejati. andaikata banyak dana boleh menghaturkan guling.
Tindak lanjutnya dari tumpek uduh itu adalah lakoni setiap hari menyayangi tumbuh-tumbuhan, dengan tidak melakukan penebangan pohon sembarangan, merabas hutan seenaknya.
***