Hantu adalah mahluk astral yang berwujud menyeramkan.
Seperti halnya dalam pengembaraan seorang Indigo yang memiliki kemampuan khusus dalam dimensi lain di kota hantu Padang Galak Sanur.
Terlihat roh gentayagan yang bernama Dewi berwujud seperti buaya.Dan kalau ada diantara kita yang punya bakat khusus atau kemampuan seperti itu untuk melihat ke dimensi alam (bwah loka) yang lebih halus,
- kita akan bisa melihat Linga Sarira "hantu" dari orang yang sudah meninggal.
- Sebenarnya yang dilihat adalah linga sarira dari orang yang sudah meninggal dunia.
- Umumnya linga sarira hantu ini diselimuti warna agak keungu-unguan.
Biasanya citra kuburan sebagai setra ganda mayu yang angker juga dipengaruhi pengalaman sejumlah
orang yang pernah melihat hantu kuburan dan menjadi sumber ketakutan bagi banyak orang. Sesungguhnya
hantu kuburan ini adalah badan etheris dari jazad orang yang meninggal
dan baru dikubur.
Ada sebuah kisah yang diceritakan dalam sumber kutipan Bhawisya Purana yang berkaitan dengan sorga dan berkah,
Pada suatu hari seorang Brahmana kebetulan bertemu dengan seorang Hantu yang sedang terkapar di pesisir sungai Vetravati.
- Saat itu musim panas dan pasir disana terasa panas. Sang hantu tampak sedang terpanggang di pesisir sungai itu.
- Tubuhnya tampak seolah direbus oleh panasnya pasir dan ia menjerit kepanasan.
Sang Brahmana merasa tergugah hatinya untuk membantu sang hantu, “mengapa anda disiksa seperti itu?” Tanya sang Brahmana? “ dan jawab sang hantu,
- Dalam kelahiran sebelumnya aku adalah seorang vaisya yang bernama Sailabhadra” jawab sang hantu, “aku tinggal dikota Vidisa.
- Aku adalah orang kaya dan berhasil memelihara rumah tanggaku dengan baik. Aku menyimpan semua kekayaanku.
- Namun aku memiliki keterikatan yang amat besar pada benda-benda itu hingga aku tidak pernah membantu para Brahmana dengan memberikan sumbangan punia pada mereka.
- Aku bahkan tidak menghormati mereka. Aku juga tidak pernah memuja Tuhan. Aku sama sekali tidak menghormati mereka yang bukan keluarga atau familiku. Karena aku tidak pernah berbuat baik pada mereka yang bukan keluargaku,
- maka setelah meninggal aku dihukum seperti ini. Aku dibiarkan terpanggang seperti ini dipesisir sunagi Vetravati.
- Tolong selamatkanlah aku dari kutukan ini”.
Sepuluh tahun yang lalu aku telah melakukan Sukradvadasi Vrata, “jawab Sang Brahmana”. Pahala yang kau dapatkan belum habis sampai sekarang.
- Aku akan memberikannya padamu
- agar kau bisa terbebas dari hukumanmu.
- (Dvadasi adalah hari yang kedua belas dalam satu bulan dan tirakat yang dilakukan pada hari ini disebut sebagai Dvadasi Vrata.
- Jika hari itu kebetulan jatuh pada hari jumat maka hari itu disebut sebagai Shukradvadasi Vrata. Selain berpuasa pada hari ini seseorang hendaknya memuja Visnu).
Setelah mendapatkan pahala yang diberikan oleh sang Brahmana maka hantu itu terbebas dan berhasil mencapai surga. Demikianlah hebatnya hasil dari melakukan Sukradvadasi Vrata. Nilai – nilai dalam cerita diatas :
- Nilai toleransi Sang Brahmana terhadap Sang hantu yang dalam kehidupan terdahulu tidak pernah memberi sedekah kepada kaum Brahman
- Nilai yajna, ditunjukan oleh tokoh Brahmana kepada Sang hantu, yakni “memberikan pahala hasil melakukan budhastami vrata” sehingga Sang hantu bisa lepas dari hukumannya dan akhirnya masuk sorga.
Amanat dalam cerita diatas menyiratkan bahwa,
- Janganlah merasa sombong congkak karena hasil jerih payah untuk menumpuk kekayaan. Apalagi Tidak menghormati orang lain terlebih – lebih tidak memuja Tuhan, besar dosa-nya.
- Kekayaan hanyalah sementara, hanya bisa kita rasakan dan nikmati ketika masih hidup namun setelah kematian hanya karma wasana-lah yang setia menemanimu.
***