Batara Turun Kabeh adalah upacara yang melukiskan semua Dewa manifestasi Tuhan berkumpul di Balai Pesamuan Agung Pura Besakih dan bersatu untuk memberikan anugerah kepada umatnya untuk menghaturkan bakti kepada Tuhan. Upacara Batara Turun Kabeh ini dilakukan setiap tahun pada Sasih Kedasa.
Saat dilangsungkan upacara Batara Turun Kabeh itu simbol-simbol sakral yang utama yang ada di semua kompleks Pura Besakih itu diusung secara ritual dan distanakan di Balai Pesamuan.
Hal ini menggambarkan bahwa para Dewa bersatu untuk memberikan karunia pada umat sesuai dengan kadar karma dan baktinya. Hal ini sesungguhnya sangat menarik untuk dipahami secara teologi Hindu. (Babad Bali/Ref1).
Adapun tujuan atau suksmaning pelaksanaan karya Ida Bhatara Turun Kabeh dan Penyegjeg Jagat sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan Puncak Karya Betara Turun Kabeh Dan Penyegjeg Jagat Besakih Dipuput 33 Sulinggih, Purnamaning sasih kedasa – Dina Saniscara Umanis Wara bala, 19 Maret 2011 (ref2) adalah untuk memohon kerahayuan dan keselamatan jagat alam semesta (Bhuana Agung – Bhuana Alit).
Keberadaan Pura besakih selama ini dipercaya oleh seluruh umat Hindu sebagai pusat kegiatan upacara agama, dimana Pura Besakih menurut beberapa sumber disimbolkan sebagai Madyanikang Bhuana – Jagat Raya, Gunung Agung sebagai Lingga Cala Linggih Ida Bhatara Siwa yang bergelar Ida Hyang Putran Jaya sebagai penguasa jagat.
Hal tersebut tersirat dalam Raja Purana Besakih dan beberapa lontar seperti lontar Padma Bhuana, yang mewajibkan umat Hindu ngaturang yadnya di Pura Agung Besakih.
Upakara pada puncak karya untuk di Padma Tiga menggunakan Catur Niri munggah Pebangkit, Pule Kerti, Suci dan uperengga upakara pejangkep seosan. Di sor sanggar tawang juga dilengkapi sarana upakara Dangsil sebanyak 6 buah bertumpang 1,3,5,7,9 dan 11, serta kelengkapan sarad ulam dan sarad sanganan, Bagya Pule Kerti, Pulegembal dsb. Prosesi upakara juga diiringi pementasan Wayang gedogan dan Topeng dari Tengkulak Gianyar, Baris Gede dan rejang Dewa dari Besakih kangin serta tetabuhan Gong Gede, Gong dan Gambang.
Eed upakara puncak karya setelah katur upakara ring sor dilanjutkan dengan pemujaan di pelinggih disertai persembahyangan tahap pertama. Selanjutnya Ida betara tedun Mepurwa Daksina sebanyak 3 kali ngider di Penataran Agung, yang disusul Ida Betara munggah di Peselang katuran upakara jangkep diisi prosesi Pajejiwan, membacakan sloka yang merupakan inti dari pelaksanaan karya, disertai persembahyangan tahap kedua. Setelah itu Ida betara mewali ke pelinggih Pesamuan Agung.
Saat dilangsungkan upacara Batara Turun Kabeh itu simbol-simbol sakral yang utama yang ada di semua kompleks Pura Besakih itu diusung secara ritual dan distanakan di Balai Pesamuan.
Hal ini menggambarkan bahwa para Dewa bersatu untuk memberikan karunia pada umat sesuai dengan kadar karma dan baktinya. Hal ini sesungguhnya sangat menarik untuk dipahami secara teologi Hindu. (Babad Bali/Ref1).
Adapun tujuan atau suksmaning pelaksanaan karya Ida Bhatara Turun Kabeh dan Penyegjeg Jagat sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan Puncak Karya Betara Turun Kabeh Dan Penyegjeg Jagat Besakih Dipuput 33 Sulinggih, Purnamaning sasih kedasa – Dina Saniscara Umanis Wara bala, 19 Maret 2011 (ref2) adalah untuk memohon kerahayuan dan keselamatan jagat alam semesta (Bhuana Agung – Bhuana Alit).
Keberadaan Pura besakih selama ini dipercaya oleh seluruh umat Hindu sebagai pusat kegiatan upacara agama, dimana Pura Besakih menurut beberapa sumber disimbolkan sebagai Madyanikang Bhuana – Jagat Raya, Gunung Agung sebagai Lingga Cala Linggih Ida Bhatara Siwa yang bergelar Ida Hyang Putran Jaya sebagai penguasa jagat.
Hal tersebut tersirat dalam Raja Purana Besakih dan beberapa lontar seperti lontar Padma Bhuana, yang mewajibkan umat Hindu ngaturang yadnya di Pura Agung Besakih.
Eed upakara puncak karya setelah katur upakara ring sor dilanjutkan dengan pemujaan di pelinggih disertai persembahyangan tahap pertama. Selanjutnya Ida betara tedun Mepurwa Daksina sebanyak 3 kali ngider di Penataran Agung, yang disusul Ida Betara munggah di Peselang katuran upakara jangkep diisi prosesi Pajejiwan, membacakan sloka yang merupakan inti dari pelaksanaan karya, disertai persembahyangan tahap kedua. Setelah itu Ida betara mewali ke pelinggih Pesamuan Agung.
***