Bali Dwipa

Bali Dwipa adalah Bali dijaman keemasan yang diawali dengan bertahtanya seorang raja dan penguasa bali kuno yang bernama Sri Kesari Warmadewa Çaka 804 yang dalam purana Bali Dwipa disebutkan :
Aci-aci mulai lagi dilaksanakan antara lain Hari Raya Galungan sebagai perayaan kemenangan dharma melawan adharma
Begitupun pada masa kejayaan Raja Udayana juga hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Bali Dwipa ditata kembali yang bertujuan :
  • Untuk dapat memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat, 
  • Perselisihan dan pertentangan menjadi situasi persatuan dan kesatuan kembali.
Setelah itu, tatkala Dalem Waturenggong menjadi penguasa yang didampingi oleh Danghyang Nirartha sebagai bhagawanta kerajaan ketika itu dalam sejarah agama hindu oleh juniartha kurniawan diceritakan bahwa Bali Dwipa juga kembali mencapai jaman keemasan, karena semua bidang kehidupan rakyat ditata kembali dengan baik. 
  • Hak dan kewajiban para bangsawan diatur, 
  • Hukum dan peradilan adat/agama ditegakkan, 
  • Prasasti-prasasti yang memuat silsilah leluhur tiap-tiap soroh/klan disusun. 
  • Awig-awig Desa Adat pekraman dibuat, 
  • Organisasi subak ditumbuh-kembangkan 
  • dan kegiatan keagamaan dll kembali ditingkatkan.
Selain itu beliau juga mendorong penciptaan karya-karya sastra yang bermutu tinggi dalam bentuk tulisan seperti :
  • lontar, dengan maknanya yang sangat khas.
  • kidung atau kekawin. 
  • lagu-lagu suci dharma gita keagamaan / kidung kerohanian kembali dikumandangkan
  • dll
Karya sastra beliau yang terkenal sewaktu itu antara lain : Sebun bangkung, Sara kusuma, Legarang, Mahisa langit, Dharma pitutur, Wilet Demung Sawit, Gagutuk menur, Brati Sesana, Siwa Sesana, Aji Pangukiran, dll. 
Beliau juga aktif mengunjungi rakyat di berbagai pedesaan untuk memberikan dharma wacana sebagai bagian dari sad dharma untuk merealisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Karena sebagaimana disebutkan dengan adanya peningkatan kualitas beragama seperti halnya perilaku orang-orang suci Nirudha yang penuh pengertian, bijaksana,
Segala pemikiran perkataan dan perbuataannya terkendali oleh ajaran-ajaran agama yang kuat untuk dapat mengabdi pada kepentingan umat manusia
Sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
***