Dharma Wacana adalah sarana untuk dapat memahami pengetahuan secara lebih mendalam tentang nilai-nilai dharma dalam kehidupan ini.
Sebagai salah satu bagian dari Sad Dharma yang dilakukan oleh para sulinggih agar umat mendapatkan pencerahan dan memahami kebenaran sejati dalam hal kerohanian.
Sebagai salah satu bagian dari Sad Dharma yang dilakukan oleh para sulinggih agar umat mendapatkan pencerahan dan memahami kebenaran sejati dalam hal kerohanian.
Seperti halnya dahulu, di zaman keemasan Bali Dwipa, para Bhagawanta juga aktif mengunjungi rakyat di berbagai pedesaan untuk memberikan dharma wacana untuk dapat merealisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Kini seharusnya disebutkan dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyediakan ruang dapat mempermudah menyebarluaskan ajaran Hindu yang telah tumbuh kembali di tanah Nusantara saat ini.
Hal ini sejalan dengan perkembangan kebutuhan keagamaan umat pada zaman kemajuan.
Apalagi perkembangan kebutuhan keagamaan berlangsung begitu cepat dalam waktu singkat seiring dengan perubahan sistem pengetahuan, sistem nilai, dan sistem tindakan.
Di jaman yang modern seperti sekarang ini dalam memahami tatwa yadnya di era modern dimana kehidupan masyarakat yang disebutkan serba praktis pola hidup masyarakat cendrung konsumtif (serba instan) dan hedonisme.
Masyarakat pada umumnya melakoni hidup dengan rutinitas yang padat,terkadang sampai lupa waktu, terutama masyarakat yang hidup di kota-kota besar.
Jika umat tidak memahami tattwa yadnya yang sesungguhnya, sudah pasti umat akan beranggapan bahwa beryadnya khususnya di Hindu akan sangat memberatkan umat kerena penuh dengan ritual upacara dengan berbagai sesajen atau banten yang begitu banyak.
Sesungguhnya jika umat memahami tatwa atau esensi dari yadnya, maka umat akan dapat memahami kalau beryadnya tidak hanya dengan ritual semata tetapi dapat pula dilakukan dengan melaksanakan ajaran dharma.
Jika segala sesuatu atau perbuatan yang kita lakukan berdasarkan atas dharma dengan tulus ikhlas dapat disebut yadnya.
Dalam Bhagavadgita dikatakan belajar dan mengajar yang didasari oleh keiklasan serta penuh pengabdian untuk memuja nama Tuhan maka itu pun tergolong kedalam yadnya.
- Memelihara alam dan lingkungan sekitar pun tergolong kedalam yadnya.
- Mengendalikan hawa nafsu dan panca indra adalah yadnya.
- Selain itu menolong orang sakit, mengentaskan kemiskinan,
- Menghibur orang yang sedang tertimpa musibah pun adalah yadnya.
Jadi jelaslah yadnya itu bukan terbatas pada kegiatan upacara keagamaan saja.
Sehingga bagi umat yang masih awam setiap mendengar kata yadnya dalam benaknya selalu terbayang bahwa :
Di suatu tempat ada berbagai jenis sesajen, asap dupa mengepul, bau bunga dan wangi kemenyan yang semerbak, ada puja stawa sulinggih atau pemangku, ada suara tabuh, kidung, gambelan yang meriah dan berbagai atraksi seni religious.
Namun melalui dharma wacana ini, umat juga mengharapkan memahami dari setiap pelaksanaan upacara-upacara tersebut.
***