Rajasika yajna

Rajasika yajna artinya yajna yang dipersembahkan dengan motivasi untuk memamerkan kemampuan serta terikat dengan keinginan untuk memperoleh pahala / buahnya.

Ketika pikiran terikat pada hasil laku dengan berbagai macam permohonan seperti: 
  • Agar dagangan laris; 
  • Selalu untung besar; 
  • Biar jadi pejabat; 
  • Biar terkenal, 
  • Karena ada gengsi (ngga mau kalah, biar keren atau biar keliatan rajin atau bagus di linimasa sosmed).
  • dll. 
Semua itu sah-sah saja. Namun mesti disadari hakekat sejatinya mebakti, beryadnya, atau berspiritual adalah berpasrah diri, belajar lascarya / tulus, menurunkan ego, memohon kerahayuan semua mahluk dan alam semesta. 

Sebab tak mungkin seseorang bisa sejahtera sendirian sedangkan orang – orang di sekitarnya sakit. Mana bisa manusia tenang kalau alamnya sedang mengamuk. 
Ibaratnya hidup dengan harta berlimpah tetapi pikiran selalu kawatir hartanya hilang atau habis. Atau berlimpah harta, namun setiap hari bolak balik rumah sakit berobat. 

Dalam frustasi spiritual sebagaimana dalam Hindu Nusantara (fb) diungkapkan;
Mungkin selama ini mereka bersembahyang dengan mematok anugrah sesuai dengan permohonannya.

Diceritakan pada mulanya I Made Alu Poleng sangat rajin sembahyang, dan ia sudah bersembahyang di banyak pura di Bali, Jawa, Lombok, dll bahkan sampai ke India.

Ia juga sudah melukat di banyak sumber air dan pura. Ia juga suka mendatangi orang pintar untuk nunas sesuatu (maklum ia senang dengan jimat-jimatan). 

Pokoknya urusan sembahyang, jangan ditanya lagi. 
Pokoknya hebat. Demikian Made Alu Poleng menjadi anak yang bhakti.

Hal tersebut berlangsung kira-kira sepuluh tahun lebih. Setelah itu, lama Made Alu Poleng tak kelihatan di pura

Suatu hari Ketut Lasan Badeng bertanya : 
“Kenapa tak pernah ke pura De Alu?” 
Jawaban Made Alu Poleng cukup mencengangkan 
”Pehhhh….. sube ileh-ileh mebakti nunasica nu gen kene. Sing ngelah apa, sakit payu, lacur tulus, dll” 
(sudah bersembahyang kemana-mana, tetap saja tak punya apa-apa, sering sakit, tetap aja miskin). 

I Ketut Lasan Badeng yang malas sembahyang menjadi kaget, 
“Kenapa Made Alu Poleng jawabannya ketus begitu?” 
Ketut Lasan pun berfikir, sepertinya ada suatu kejenuhan, keputusasaan, dan rasa frustasi dari Made Poleng terhadap apa yang ia harapkan dari sembahyang selama ini. Demikian kisah I Made Alu.

Oleh karena itu dalam beryadnya disebutkan yang penting adalah mohon kerahayuan untuk semua mahluk. 
Karena anugrah / waranugraha disebutkan hanya dapat dirasakan nyata oleh orang-orang yang selalu bersyukur dan berserah diri dengan mengikuti dan melaksanakan yadnya secara tulus dan ikhlas.
***