Proses Kematian adalah tahapan dimana atman / roh akan meninggalkan badan sarira kosha yang setiap mahluk hidup ataupun semua orang disebutkan akan mengalami proses seperti ini.
Dan nantinya kita tidak punya pilihan lain selain bersikap damai di moment ini.
Kematian adalah keniscayaan.
Hanya soal waktu saja. Semua orang akan mendapat giliran pada waktunya.
Demikian disebutkan seperti yang dikutip dari roh seseorang diantar oleh karmanya yang dalam majalah Hindu Raditya lebih lanjut dijelaskan bahwa :
Toh kematian seseorang jika pun ditangisi oleh lebih banyak orang lagi, almarhum tak mungkin bangkit dan hidup kembali.
Sebagai pengetahuan dharma yang sangat penting, berkaitan dengan reinkarnasi dalam Kriyamana Karma Phala, disebutkan pula bahwa :
Setelah orangnya mengalami proses kematian, pahalanya akan diterima pada kelahiran berikutnya....Proses kematian juga dalam samsara perjalanan sang atma dijelaskan ada beberapa tahap yang akan dialami oleh semua orang yaitu tahap dimana melemahnya ikatan jejaring unsur-unsur Panca Maha Bhuta Pembentuk Badan Fisik.
Mulai melemahnya ikatan jejaring unsur-unsur panca maha bhutapembentuk badan akan diawali dengan beberapa ciri-ciri fisik, yaitu :
- Badan kita kehilangan kekuatan geraknya. Kita sulit bergerakdan badan terasa seperti ditindih benda berat.
- Panca Indria seperti halnya mata, mulut dan tenggorokan kita terasa seret dan tersumbat. Kita menjadi merasa kehausan.
- Lalu mata, mulut dan tenggorokan kita terasa kering.
- Saluran kencing dan kotoran kita tidak lagi bisa kita kendalikan.
- Nafas kita terasa dingin. Ini adalah ciri-ciri fisik kedua atau berikutnya bahwa dalam badan fisik kita terjadi semakin melemahnya ikatan jejaring unsur-unsur panca maha bhuta pembentuk badan.
- Namun bagi kita yang sudah mempelajari ajaran dharma,
- dan kita tahu apa yang haruskita lakukan.
- Kita harus menyambut moment ini dengan penuh ketenangan dan keseimbangan bathin.
- Jangan terseret dengan berbagai rasa sakit fisik, aruspikiran, emosi dan perasaan yang berkecamuk.
- Harus tetap tenang dan penuh kerelaan melepas kehidupan ini.
- Kecemasan, rasa takut, rasa sengsara dan ketidakrelaan di dalam menyambut kematian akan memperparah rasa sakit fisik dan mental.
- Kita harus ingat bahwa semua orang pasti akan mati dan semuaorang tidak terhindarkan pasti akan mengalami hal yang sama seperti ini.
- Kita tidak punya pilihan lain selain bersikap damai di moment ini.
- Apapun yang terjadi di moment menjelang saat-saat kematian tiba, rasa sakit apapun yang muncul pada badan dan pikiran kita, sambut dengan damai dan penuh kasih sayang.
- Mengalir dan menjadi jadi satu dengan pengalaman ini dalamsenyum damai. Dengan demikian kita membiarkan kesadaran bathin kita tetaptenang-seimbang dan damai menuju ke tahap berikutnya.
- Mungkin rasanya seperti kita diaduk-aduk.
- Badan fisik, pikiran dan perasaan kita berkecamuk liar.
Ketidakrelaan untuk mati berpisah dengan kehidupan [karena berbagai keterikatan] dan perlawanan akan membuat kematian menjadi peristiwa buruk, mengerikan dan menyakitkan.
Ingatlah bahwa ini bukanlah pengalaman kehilangan segala-galanya,melainkan pengalaman memasuki lembaran kehidupan yang baru yang penuhdengan harapan yang terang-benderang.
Jadi hadapi moment ini dengan suka-cita, damai, penuh kerelaan untuk melepaskan segalanya, serta penuh harapanakan pengalaman baru yang terang-benderang.
Sekali lagi bahwa di dalam ajaran Hindu Dharma jelas sekali disebutkanbahwa untuk dapat mengalami proses kematian dan perjalanan kematian yangterang dan indah kuncinya yaitu selalu terserap ke dalam atman, selalu terserap dalam samadhi. Dengan kata lain minimal memiliki tiga kondisi bathin ini, yaitu :
Kalau bersikap dengan penuh kesadaran sulit untuk kita lakukan saat proses ini, cara yang disarankan yaitu di moment ini kita melakukan meditasi.
- Kejernihan pikiran yang muncul dari meditasi akan membantu kita melewati moment ini.
- Kalau kita tidak bisa meditasi, pejamkan mata dan lakukan dhyana widhi atau memvisualkan Satguru, atau Ista Dewata pengayom dan pelindung pribadikita, atau Ista Dewata yang paling sering kita puja, ada dihadapan kita.
- Dengan memvisualkan Satguru atau Ista Dewata akan menghadirkan Beliau.
- Lalu visualkan dari kedua telapak tangan Beliau memancar cahaya suci berwarna putih yang menyelimuti seluruh tubuh kita dan membuat kita merasa sangat nyaman.
- Kalau visual kita kuat, ini akan tidak saja membuat kita tenang karena ada dalam naungan perlindungan Beliau, tapi juga akan membuat perjalanan kita selanjutnya lebih baik.
Dengan kualitas kehidupan yang demikian mulia, kita juga bisa mengalami pengalaman surgawi bertemu mahluk-mahluk suci atau bertemu dewa-dewi sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi. Disana akan muncul kedamaian di dalam menyambut kematian.
Orang yang semasa hidupnya bathinnya bersih, sangat jarang melakukan pelanggaran dharma dan benar-benar baik hatinya, cenderung akan melewati alam ini dengan lebih lancar dan tenang.
Seluruh kebaikan langsung maupun tidak langsung yang kita lakukansemasa kehidupan, yang membahagiakan, melegakan atau menyenangkanmahluk lain, di moment ini dampak kebahagiaannya akan mengguyur kita laksana mata air yang segar dan jernih yang menyejukkan pikiran kita.
Durasi atau jangka waktu terjadinya proses ini bagi mereka yang akan mati disebutkan selama sekitar 20 menit sampai dengan 60 menit.
- Namun setiap orang durasinya berbeda.
- Tapi bagi mereka yang hanya mengalami mati suri durasinya bisa lebih panjang.
Inilah pengetahuan dharma yang sangat penting untuk diketahui dalam proses kematian.
***