Kamar Suci

Kamar Suci adalah salah satu kamar dari rumah tinggal yang disucikan untuk menyimpan benda bertuah dan alat – alat suci
Di samping itu kamar suci juga menjadi tempat menenangkan diri, belajar dan segala kegiatan yang suci;

Namun hendaknya dipahami beda kamar suci dengan gedong suci agar keturunan tak sengsara sebagaimana dijelaskan oleh salah satu pinisepuh dalam artikel Bali Expres.

Dimana adapun tingkatan dan fungsi kamar suci dijelaskan sebagai berikut :
  • Pada tingkat dasar, Kamar Suci digunakan untuk menyimpan busana suci, banten, atau alat upacara sejenisnya. 
  • Pada tingkat lebih tinggi, fungsi Kamar Suci sebagai tempat sembahyang, semedi, dan belajar tentang ilmu kesucian atau agama
  • Dan, pada puncaknya, fungsi Kamar Suci adalah tempat pelayanan spiritual. Seperti halnya :
    • Dalam Dharma Sasana Balian, Sebagai jalan untuk memohon kesaktiannya, Ida I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan (atau Banaspatiraja) wajib dibuat pelinggih penyawangan biasa dalam bentuk kamar suci, dibuatkan daksina linggih, ditempatkan pada pelangkiran untuk mensthanakanNya.
    • Sebagai tempat ronsen niskala dalam sebuah ritual mapinunas yang dilakukan melalui seorang Jro Balian sebagai pengantar spiritual..
Lebih lanjut dijelaskan, 
Sesungguhnya umat Hindu Bali wajib punya Kamar Suci, agar bisa menyimpan benda-benda bertuah dan sarana suci lainnya.
Benda bertuah perlu Kamar Suci, lanjutnya, karena memiliki kekuatan gaib, baik berupa gelombang energi maupun roh gaib dalam benda.

Agar energi dan rohnya tidak mengganggu kehidupan kita, maka perlu dimasukkan dalam Kamar Suci, kemudian diritual agar kekuatan negatifnya tidak liar mengganggu pemiliknya.

Kekuatan gaib yang liar dari benda-benda bertuah paling cepat menciptakan suasana tidak nyaman di rumah, apalagi tidak bisa meritual, hanya bisa merawat dan naruh saja.

Namun saat ini banyak kejadian yang menjadi fenomena di masyarakat; 
Ketika dibilang harus Ngiring, selanjutnya orang tersebut kejar kesana kemari kesaktian dan mencari benda-benda bertuah untuk memenuhi persyaratan Ngiring tersebut dimana semua Bhatara dituntun dan kalinggihang di Kamar Suci. 
Padahal ketika sudah menyanggupi saja sudah cukup, dan biarkan sesuatu hal yang berhubungan dengan Ngiring tersebut mendekat secara sendirinya dan itulah yang disebut Kepingit. 

Ingatlah ketika sudah nuntun dan ngelinggihang maka itu bukan hal yang main-main, bahkan konsekwensinya akan ditanggung oleh anak cucu kelak, bukan orang yang nuntun dan ngelinggihang saja. 

Hal yang sering terjadi ketika sudah nuntun dan ngelinggihang di Kamar Suci, yang bersangkutan rajin sembahyang di Kamar Suci tersebut, mungkin dengan maksud mengasah kesaktian dan akhirnya lupa dengan keberadaan Merajan di pekarangan rumahnya.

Demikian diambahkan oleh J M Neztra Joe dalam salah satu video di channel youtubenya dalam fenomena ngiring dan ngelinggihang di kamar suci yang hendaknya disebutkan keberadaannya dapat difungsikan secara benar agar hal-hal yang berkaitan dengan makna spiritual menjadi seimbang.
***