Kita sujud dan bhakti kepadaNya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstuiNya dengan kesentosaan.
Seperti halnya disebutkan ketika kita melakukan persembahan kepada Dewa Pitara / Dewa Hyang ataupun Sang Hyang Guru pada sanggah kemulan.
Dalam pendidikan agama Hindu dan budhi pekerti, kadang kala kamu sering bertanya-tanya, mengapa kita beryajña?
Jawaban atas pertanyaan itu sudah barang tentu, karena manusia memiliki tiga hutang yang disebut Tri Rna dimana salah satunya yaitu Dewa Rna yaitu hutang yang patut kita bayar ke hadapan Tuhan sebagai Sang Pencipta.
Dengan mencintai setiap ciptaanNya dan melayani umat-Nya (Madawa sewa Manawa Sewa) maka disebutkan setiap orang hendaknya agar selama hidupnya didunia ini selalu mengalami perubahan kearah kemajuan, baik dalam urusan dunia maupun dalam urusan rohani, atau gelar urip dan gelar patinya hendaknya seimbang seperti halnya dalam pelaksanaan upacara :
- Dewa Yadnya dilaksanakan dengan sebuah persembahan sebagai wujud dari rasa bhakti yang setulus-tulusnya kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yang dilakukan dengan cara :
- Nitya karma (setiap hari) : banten saiban (yadnya sesa sehabis masak),
- Naimitika karma : odalan-odalan, galungan, saraswati, nyepi, dll..
- Bhuta Yadnya untuk menjaga keharmonisan Bhuta Hita yang dibangun dari Panca Maha Bhuta dari kekuatan-kekuatan negatif seperti halnya dilakukan dengan persembahan :
- Segehan sebagai ritual kurban suci atau caru dalam tingkatan kecil.
- Upacara ruwatan untuk dapat mengubah dari sifat asuri sampad yang kurang baik menjadi lebih baik daiwi sampad atau menuju sifat kedewataan (madawa).
Dalam kehidupan di dunia ini, Dewa Rna merupakan hutang kepada Tuhan juga disebutkan dapat dilakukan dengan cara :
- Berbuat amal sebagai bekal di kehidupan kelak.
- Melaksanakan semua petunjuk atau ajaran agama dengan baik
- Rajin sembahyang
- Melakukan persembahan atau yadnya
- Melaksanakan kebajikan
- Memelihara semua benda ciptaan Tuhan
- Menghormati atau mengagungkan kebesaran Tuhan
***