Kwaca

Kwaca (atau disebut Kavacha dalam Bahasa India Kuno) adalah baju dalam bahasa Bali halusnya  yang biasanya digunakan sebagai pelindung dan memperindah tubuh dari atas pusar sampai leher.

Sebagai salah satu konsep dasar dari tatwa busana adat Bali yang sebagaimana dijelaskan Wasudewa's Blog disebutkan konsepnya juga didasari oleh tapak dara (swastika) dimana tubuh manusia dibagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Angga, yang terdiri dari:
  1. Dewa Angga : dari leher ke kepala
  2. Manusa Angga : dari atas pusar sampai leher
  3. Butha Angga : dari pusar sampai bawah.
Dan hal ini pula mengingatkan kita pada sebuah kisah kavacha sebagai pelindung sakti.

Diceritakan pada zaman dahulu, 
Ketika berakhirnya zaman treta yuga diceritakan sebagai anugerah dari Dewa Surya, tersebutlah dalam WiracaritaBali dalam kisah kehidupan Karna yang biasanya disebut Raja Angga lahir dengan baju pelindung saktinya.
Dewa Surya kagum akan pengabdian Dambhodbhava yang telah melakukan penebusan dosa yang sangat kuat.
Akhirnya, Dewa Surya mengabulkan permohonan Dambhodbhava, dengan memberinya seribu Kavacha dan seribu anting - anting di seribu kepalanya. 
Dan semenjak saat itu Dambhodbhava dikenal sebagai Sahasrakavacha (Sahasra = seribu, Kavacha = baju pelindung) namun ia menggunakan kekuatannya untuk berbuat jahat.
Saat itu, Dewi Murti putri dari Raja Daksa, ingin mengakhiri ancaman Sahasrakavacha dan berdoa kepada Dewa Wisnu
Dewa Wisnu pun muncul di hadapannya dan memberi anugrah bahwa beliau akan terlahir sebagai putranya dan akan menjadi penyebab kematian Sahasra Kavach. 
Dewi Murti senang, selanjutnya ia melahirkan tidak satu anak, tapi anak - anak kembar. Ia menamai mereka sebagai Narayana dan Nara.
Narayana dan Nara dibesarkan di asrama yang dikelilingi oleh hutan. Mereka adalah pemuja Dewa Siwa yang setia. Ibu mereka juga mendorong mereka untuk belajar ilmu kesaktian. 
Dua bersaudara itupun belajar seni perang. 
Mereka tak terpisahkan.
Keduanya saling percaya dan tidak pernah meragukan yang lainnya .
Seiring berjalannya waktu, Sahasrakavacha mulai menyerang area sekitar hutan Badrinath, dimana Narayana dan Nara tinggal disana. 
Nara pergi mendatangi Sahasrakavacha dan menantangnya. Sahasrakavacha meremehkan Nara dan berkata bahwa tidak ada satu orang pun yang akan mampu mengalahkannya dan menembus baju saktinya, namun Nara hanya tersenyum dengan tenang
Sahasrakavacha menatap mata tenang Nara dan untuk pertama kalinya merasa ada ketakutan dalam dirinya.
Dia berkata gugup, "Aku bisa dibunuh hanya dengan melakukan penebusan dosa selama seribu tahun!“
Nara menatap Sahasrakavacha dan berkata. "Aku tidak melakukan penebusan dosa apapun, tapi adik ku Narayana, melakukannya untuk ku. Namun bukan dia, tapi akulah yang datang untuk melawanmu"
Sahasrakavacha mengangkat senjata dan pertarungan dimulai. Sahasrakavacha menghadapi serangan Nara dan terkejut. 

Ia menyadari bahwa Nara sangat kuat dan memang mendapat banyak kekuatan dari saudaranya, Narayana. 
Baju Baja pertama Sahasrakavacha pecah ia menyadari bahwa Nara dan Narayana adalah satu. 
Mereka hanya dua orang yang mempunyai jiwa yang sama. 
Tapi Sahasrakavacha tidak terlalu khawatir. Dia hanya kehilangan salah satu bajunyanya dan segera Nara pun menemui ajal.
Narayana tersenyum dan menatap saudaranya. Dia menutup matanya dan mengucap mantra. Sahasrakavacha tidak bisa percaya saat melihat Nara hidup lagi. 
Sahasrakavacha merasa ketakutan saat ia menyadari bahwa Narayana telah melakukan pertapaan selama seribu tahun dan telah memperoleh 'Mritunjay Mantra' (Mantra untuk menghidupkan kembali orang yang telah meninggal).
Begitu seterusnya hingga Nara berhasil menembus ke 999 Baju Bajanya. Ia menyadari bahwa ia tidak pernah bisa mengalahkan dua bersaudara, Sahasrakavacha menyerah dan melarikan diri. 
Dia memutuskan untuk berlindung kepada Dewa Surya, karena Dewa Surya yang telah memberinya anugerah.
Narayana dan Nara keduanya pergi menghadap Dewa Surya, dan meminta Dewa Surya menyerahkan Sahasrakavacha, namun Dewa Surya menolak karena Sahasrakavacha adalah pemuja setia-Nya. 
Nara menjadi marah dan mengutuk Dewa Surya agar sebagian dari energinya dan jiwa Sahasra Kavacha menjadi satu terlahir mejadi manusia dan akan mengalami banyak kemalangan semasa hidupnya.
Kejadian ini berlangsung pada akhir Treta Yuga. (Dalam keyakinan Hindu ada empat Yuga - Satya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga dan Kali Yuga. 
Setiap Yuga terus mengalami kerusakan nilai-nilai kemanusiaan dengan yang terburuk di Kali Yuga. Pada akhir setiap yuga, alam dimurnikan dan diciptakan kembali).
Segera setelah itu, Treta Yuga berakhir dan dimulai lah awal Dwapara Yuga. Untuk memenuhi janji untuk menghancurkan Sahasra Kavacha, Narayana dan Nara terlahir kembali - kali ini sebagai Krishna dan Arjuna.
Karena kutukan Nara, 
Sahasrakavacha terlahir sebagai Karna, putra sulung Dewi Kunti
Karna lahir dengan salah satu baju pelindung dan anting sebagai perlindungan alami, yang terakhir yang tersisa milik Sahasrakavacha saat bertarung melawan Nara dan Narayana.
Demikianlah diceritakan Kavacha sebagai pelindung sakti dari reinkarnasi karna pada kehidupan sebelumnya.
***