Sanggar Tawang

Sanggar Tawang atau Sanggar Agung adalah sthana dalam bentuk bangunan suci sementara atau temporer yang disebutkan sebagai niyasa
Dalam beberapa upacara yadnya penggunaannya sebagaimana dijelaskan sebagai berikut,
  • Saat Bhatara Turun Kabeh, di sor sanggar tawang juga dilengkapi sarana upakara Dangsil sebanyak 6 buah bertumpang 1,3,5,7,9 dan 11, serta kelengkapan sarad ulam dan sarad sanganan, Bagya Pule Kerti, Pulegembal dsb. 
  • Dalam Upacara Bebayuhan Weton Sapuh Leger, Ngadegang Sanggar Tuttuan / Tawang (sanggar tawang ), Ring Sor Surya : Caru mancasata.
  • dll
Sanggar Tawang bisa juga disebut Sanggar Agung sebagaimana disebutkan konsep ketuhanan dalam daksina linggih, biasanya sanggar ini dibentuk bangunan temporer dari bambu petung atau batang pinang yang sudah dikupas terlebih dahulu.
  • Bentuknya dibikin sederhana ruang atas yang dibagi menjadi tiga ruangan, 
    • apabila memakai satu ruangan maka disebut Sanggar Surya. 
  • Maka sesuai dengan namanya, maka Sanggar Tawang berarti sthana di luhuring akasa yang berfungsi untuk mensthanakan Hyang Widhi dalam berbagai aspeknya, sebagai Sang Hyang Catur Lokapala atau Hyang Tri Murti. 
Oleh umat Hindu sangat diyakini bahwa sthanaNya yang abadi berada di luhuring akasa. Setiap aktifitas ritual umat Hindu dari pelaksanaan upacara yang sederhana (nista) sampai ketingkatan upacara yang besar (utama),
  • Senantiasa dibuatkan Sanggar Surya atau Sanggar Tawang untuk memohon kehadiran Hyang Surya guna menyaksikan ketulusan hati umatnya yang sedang melaksanakan upacara / Yajna.
  • Sebagai upasaksi, banten daksina dijadikan sthana Hyang Widhi, apabila banten daksina tersebut diletakkan pada Sanggar Surya atau Sanggar Tawang sebagai upasaksi, maka sudah jelaslah fungsinya. 
Biasanya banten daksina di Sanggar Surya atau di Sanggar Tawang tidak berdiri sendiri, tetapi melengkapi atau menyertai banten-banten yang lainnya, seperti banten pejati, banten peras, banten dewa-dewi, catur, suci dan banten lainnya.

Sebagai plawa Sanggar Tawang sebagaimana dijelaskan babad bali dalam artikel Pura Dalem Swargan, sebaiknya menggunakan lima jenis taru Panca Vriksha sebagai nyasa Sorga (Kedewatan) yang di pindahkan ke bhumi ini, sebagai parhyangan (stana) Hyang Widhi, pada waktu amukti persembahan yajna umat manusia sebagai parabhakta, yang menyatakan 
  • wujud agayubagya anugrah Hyang Widhi berupa adisrsti (ciptaaan mulia - Nya), 
  • sehingga umat manusia dapat hidup makmur, sejahtera dan bahagia, sakala dan niskala.
***