Arca Durga Mahisasura

Arca Durga Mahisasura Mardini ini sangat erat kaitannya dengan Siwa Purana dan Markandhya Purana;
Dimana dahulu dikisahkan Dewi Durga dengan wahana Singa, pergi menghadapi Asura Mahisa. Pertempuran hebat pun terjadi.

Tidak dalam waktu yang lama Dewi Durga mengalahkan Asura Mahisa.

Seperti halnya perwujudanNya sebagai Mahakali yang dapat menghancurkan apa saja yang berniat buruk.
Cerita ini memang sangat populer di kalangan umat Hindu Jawa (cerita-cerita Purana Babad Tanah Jawi) dan di Bali yang sebagaimana keberadaan arcanya di Pura Sakral Alas Kedaton dan di Pura Bukit Darma Kutri kaitannya dengan Pura Ibu Majapahit Pusat diceritakan sebagai berikut :

Dewi Parwati atau Dewi Uma berperang melawan raksasa. Raksasa itu sangatlah sakti dan sulit ditaklukkan.

Karena itulah disebut Durga.
  • Artinya sulit dicapai, karena raksasa itu sampai bisa bersembunyi di dalam tubuh seekor lembu atau Mahisa. 
  • Karena ada raksasa atau Asura di dalam tubuh lembu itu, maka ia disebut Mahisasura.
Dewi Parwati sebagai saktinya Dewa Siwa juga sangat sakti. Raksasa yang sulit ditaklukkan (Durga) itu karena kesaktian Dewi 

Parwati akhirnya dapat juga menaklukkan raksasa tersebut dengan pedangnya. Sejak dapat ditaklukannya Asura yang bersembunyi di tubuh Mahisa atau lembu itulah Dewi Parwati disebut Dewi Durga.

Kemenangan Dewi Durga ini dirayakan setiap hari raya Dasara atau Wijaya Dasami sebagai hari raya Durgha Puja.
  • Durgha Puja ini lebih menonjol di India Selatan.
  • Sedangkan adat Budaya Jawa dan Bali adalah dengan Pemujaan beliau di Pura Kahyangan Dalem Desa masing-masing Pakraman, dan Pura Paibon di masing-masing Trah/klan/keluarga besar/gotra.
Senjata-senjata yang dipegang oleh tangan Arca Durga Kutri itu merupakan lambang senjata spiritual.
  • Bukan lambang senjata untuk membunuh badan jasmaniah secara kejam dalam perang duniawi.
  • Senjata itu sebagai lambang senjata spiritual untuk membasmi kegelapan hati nurani membangun kesadaran rohani menuju kehidupan yang cerah.
Dewi Durga sebagai Saktinya Dewa Siwa yang merupakan simbol dari kemahakuasaan Tuhan dalam fungsinya sebagai Dewi Kasih Sayang yaitu Dewi Pelebur niat buruk dan membangun niat suci.
  • Untuk membangun niat baik dengan melebur niat buruk memang tidak mudah.
  • Karena sulitnya mencapai upaya tersebutlah disebut Dewi Durga.
Kata ”durga” dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata ”dur” artinya sulit dan ”ga” artinya dilalui atau dijalani. Karena itu kata ”durga” artinya sulit dicapai atau sulit dilalui. Niat itu sesuatu gerak diri yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata oleh orang lain. Karena sulitnya menempuh jalan itu maka disebut Durga.

Dewi Durgha di Pura Bukit Dharma Kutri :
Om Catur divya maha sakti.
Catur asrame Bhatari.
Siwa jagatpati Dewi
Durga sarira dewi.
(Stuti & Stava 308.2)

Maksudnya:
Om Hyang Widhi dalam wujud Catur Dewi, mahakuasa dan mahasuci, Hyang Widhi sebagai Dewi yang dipuja dalam empat kehidupan manusia, Catur Dewi, saktinya Sang Hyang Siwa, Dewa dari seluruh Dewa. Om Hyang Widhi hamba memuja-Mu dalam wujud sebagai Dewi Durga.

Setiap tangannya membawa berbagai senjata. Ada yang memegang senjata trisula, perisai, busur/ panah, pedang, cakra, gada, ujung tombak (anak panah) dan ada tangannya memegang ekor lembu Mahisa.

Semuanya itu sebagai simbol yang mengandung makna keagamaan. Senjata di tangan arca Durga tersebut sesungguhnya bukanlah lambang dari kekerasan haus perang untuk membunuh. Misalnya senjata Cakra Sudharsana artinya wawasan yang menyeluruh tentang keberadaan alam semesta ini.

Arca Durga ini distanakan pada bangunan pelinggih di arah Ersania yaitu arah timur laut Pura Bukit Darma Blahbatuh ini. Arah Ersania yang merupakan arah tersuci menurut kepercayaan Siwa Sidhanta (Siwa Budha). Ersania di Bali disebut kaja kangin. Kaja kangin sebagai arah gunung dan matahari terbit.

Perpaduan dua sumber alam ini melahirkan sumber kehidupan. Gunung menjadi sumber air dan matahari sumber bio-energi.

Tujuan penempatan pelinggih utama di ersania sebagai simbol untuk memohon selalu terpadunya dua sumber alam itu sebagai anugerah Tuhan kepada makhluk hidup ciptaan-Nya.

Salah satu tangan arca Durga Kutri ini memegang ekor lembu. Ini melukiskan bahwa
  • dunia ini hendaknya dikendalikan dengan kasih sayang Tuhan yang dilambangkan oleh arca Durga tersebut.
Di sebelah kiri arca Durga ini terdapat dua Lingga berpasangan. Lingga ini lambang pemujaan pada Dewa Siwa (Purusha) dengan Dewi Parwati(Predhana) manifestasi dari Bapak dan Ibu (Lingga Yoni) beliau.

Pemujaan Beliau sebagai manifestasi dari Dewa dan Dewi bertujuan untuk menuntun umat agar mengembangkan diri dalam hidupnya ini secara seimbang dan sudah tentu yang paling penting yaitu penghormatan kepada leluhur pendahulu karena tanpa leluhur kita tidak ada di dunia ini.
***