Lingga

Lingga adalah lambang Dewa Siwa yang dahulu sejarahnya di Bali disebutkan merupakan ciri khas dari sekte Pasupata sebagai lambang pemujaan kepada Siwa.

Dimana disebutkan banten-banten yang berfungsi sebagai Lingga atau Linggih Bhatara seperti: Daksina Tapakan (Linggih), Banten Catur, Banten Lingga, Peras, Penyeneng, Bebangkit, Pula Gembal, Banten Guru dan sebagainya.

Dalam Mazab Siwa disebutkan bahwa :
Lingga yang berasal dari akar kata “li” dan “gam”. “Li” artinya mengembalikan, dan “Gam” artinya pergi atau keluar atau memproyeksikan. 
Jadi Linga,adalah Ia yang memproyeksikan alam semesta dan mempralaya (mengembalikan) alam semesta tersebut kedalam diri-Nya.
Lingga pada hakekatnya juga mempunyai arti, peranan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat lampau, khususnya bagi umat manusia yang beragama Hindu sebagaimana juga disebutkan lingga saiva siddhanta dalam padma yowana yang dalam penjelasannya disebutkan,
  • Hal ini terbukti bahwasanya peninggalan lingga sampai saat ini pada umumnya di Bali kebanyakan terdapat di tempat-tempat suci seperti pada pura kuno. 
  • Bahkan ada juga ditemukan pada goa-goa yang sampai sekarang masih tetap dihormati dan disucikan oleh masyarakat setempat.
Lingga-lingga tersebut yang berfungsi sebagai tempat untuk memohon keselamatan, kesuburan dan sebagainya disebutkan dalam artikel PHDI, Lingga tersebut disimpan dan dipuja pada tempat atau pelinggih pura.
  • Mengenai kepercayaan terhadap lingga di Bali masih hidup di masyarakat dimana lingga tersebut dipuja dan disucikan serta diupacarai. 
  • Mengenai peninggalan lingga di Bali banyak ditemui di pura-pura seperti di Pura Besakih, Pura-pura di Pejeng, di Bedahulu dan di Goa Gajah.
Petunjuk yang lebih jelas lagi mengenai lingga terdapat pada kitab Lingga Purana dan Siwaratri Kalpa oleh Mpu Tanakung, seorang pujangga pada masa akhir keruntuhan Majapahit.
  • Dalam Lingga Purana disebutkan lingga merupäkan tanda pembedaan yang erat kaitannya dengan konsep pencipta alam semesta wujud alam semesta yang tak terhingga ini merupakan sebuah lingga dan kemaha-kuasaan Tuhan. 
    • Lingga pada Lingga Purana disebutkan sebagai simbol Dewa Siwa (Siwa lingga). 
    • Semua wujud diresapi oleh Dewa Siwa dan setiap wujud adalah lingga dan Dewa Siwa. Kemudian di dalam Siwaratri kalpa disebutkan sebagai berikut: ”Bhatara Siwalingga kurala sirarcanam I dalem ikang suralaya”. Artinya:
      • Selalu memuja Hyang Siwa dalam perwujudan-Nya “Siwalingga” yang bersemayam di alam Siwa.
  • Lingga Acala sebagai tempat pemujaan bagi Sang Hyang Acalapati yang merupakan Dewa gunung.
Sedangkan bentuk Lingga dalam beberapa sastra weda disebutkan sebagai berikut :
  • Dalam : “Jnana Siddhanta” dengan mengambil istilah Atmalingga dan Siwalingga atau sering disebut stana Dewa Siwa.
  • Dalam tetandingan banten, Inti ketipat Lingga dalam Sesayut Panca Lingga yang digunakan berfungsi untuk memohon lima manifestasi Siwa sebagai jiwa - jiwa agung untuk mencapai kebahagiaan.
  • Puspa Lingga digunakan sebagai simbol panca tan matra yang identik dengan badan fisik kita yang dibuat dalam rangkaian upacara ngajum sekah.
  • Teks dalam Lingga Purana juga menceritakan kisah tentang :
***