Lontar Wasista Tattwa ini berisi teks etika agama Hindu. Di bagian akhir teks terdapat penjelasan bahwa teks ini (juga) bernama Sang Hyang Bhuwana Purana.
Teks tersusun atas dua bentuk;
Teks tersusun atas dua bentuk;
- Berbentuk sloka menggunakan bahasa Sansekerta, dan
- Penjelasan/terjemahannya berbentuk uraian menggunakan bahasa Kawi.
Dalam kutipan tersebut juga disebutkan bahwa, Bhagawan Wasista memuja Bhatara Parameswara yang berstana di atas tahta padma-Nya di puncak Gunung Kailasa.
Tujuannya menghadap Bhatara tiada lain adalah untuk menimba ajaran (etika agama) demi kerahayuan masyarakat. Atas permohonan Bhagawan Wasista itulah, maka Bhatara Parameswara menjabarkan ajarannya.
- Pertama-tama diajarkan tentang Catur Asrama, sebagai empat tahapan hidup yang tidak dibenarkan untuk mencampuradukkan kewajiban masing-masing.
- Ada upacara yadnya yang sepatutnya dilaksanakan di zaman kali yuga:
- uma yadnya,
- dewa yadnya,
- pitra yadnya,
- bhuta yadnya,
- pandita / rsi yadnya, dan
- manusa yadnya.
- Ada juga yang disebut catur jadma (brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra).
- Ada pula manusia yang dikelompokkan di luar kelompok itu disebut kelompok
- Panca Karma,
- Asta Dasa Candela,
- Mleca, dan
- Sadyatuca.
Lontar ini juga menguraikan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh seorang raja. Dalam melakukan hubungan asmara pun, seorang raja hendaknya hati-hati,
- Memilih waktu yang tepat, dan
- Menjaga kestabilan emosi.
- Tidak materialistis,
- mengangkat pejabat yang bertugas mengatur keuangan kerajaan.
Raja dan para pembesar kerajaan hendaknya menghormati dan belajar dari pendeta yang disebut pandita widhipati, yaitu pandita yang tahu ajaran hakikat. Pekerjaannya mengembara, tidak memakai perhiasan, tidak melaksanakan politik praktis.
***