Ajian Cecangkriman

Gambar mungkin berisi: 1 orang, tanaman dan dalam ruanganAjian Cecangkriman adalah ilmu kawisesan yang diwahyukan oleh Dewi Uma yang tersurat pada Lontar Singhalngghyala;
Dimana pada zaman dahulu, ajian ini digunakan oleh Maharaja Kama Rupini untuk melawan musuh-musuhnya.
Tersebutlah sebuah kisah, Ketika MAHARAJA KAMA RUPINI menyesali kemenagannya

Sugra Pekulun
.... Orang yang hebat adalah orang yang berhasil mengalahkan musuhnya ...
.... Orang yang paling hebat yaitu orang yang berhasil mengalahkah musuhnya tapi menyesali kemenangannya ....
Ungkapan diatas mungkin cocok disematkan kepada Penguasa Negeri Singhalangghyala yang beristana di Suryalayapula yaitu Maharaja Kama Rupini.
Walau Beliau seorang wanita, Beliau sangatlah sakti dan bijak karena Beliau Titisan Dewi Uma. 
Pada zaman dahulu, diceritakan dua penguasa Jawa Kuno yang Sakti dan matang dalam menjalankan yoga yaitu Maharaja Caya Purusa dan Maharaja Laksmi Kirana juga tidak berhasil mengalahkan Maharaja Kama Rupini.
Dalam adu kawisesan tinggi akhirnya Maharaja Kama Rupini berhasil mengalahkan Maharaja Caya Purusa. Tapi Beliau merasa ternoda setelah memenangkan perang tanding.
Maharaja Kama Rupini juga bergelar Prabu Kanya dan Sang Datu Tri Budha.

Setengkapnya ngiring disimak terjemahan Lontar Singhalngghyala Parwa halaman 14 b - 15 a :

........ Wahai Prabhu Kanya. seranglah aku sekarang juga "Wahai tuan, waspadalahl" Akhirnya Maharaja Kania Rupini menghilang, dan dalan sekejap telah menjadi sumber air yang amat jemih sebesar pohon ental (lontar) dari tanah ( Bhatari Pertiwi ) membubung ke atas sangat tinggi. 

Maharaja Caya Purusa berkata. "Wahai Prabhu Kanya, luar biasa kesaktianmu. sangat tinggi ilmu tuan. 

Lalu dikutuk dengan mantra: ganawat-usanah yangsca/l Sumber air menjadi Ienyap dan muncul Lingga Manik penuh dengan permata bernama nila. 
"Wah sangat sakti raja wanita ini." Kemudian disambut dengan wisanacatarawat, Sanghyang Lingga Manik segera lenyap. 
Namun muncullah berbagai bentuk candi dikelilingi berbagai permata. Kilauan cahayanya berkedip- kedip terus-menerus. 
Tingginya tujuh depa (sekitar 14 meter) dan nampak bergerak-gerak. 
"Wah berbagai ilmu dikeluarkan Prabhu Kanya (begitu bisikan Maharaja Caya Purusa), seraya mengucapkan mantra: Wedya ayem twam sambaddhawat." 
Setelah mantra itu diucapkan, hilanglah candi yang penuh permata tadi dan tidak ada yang menggantikannya lagi. 

Prabhu Kanya lalu mengatur nafas dan memusatkan pikiran. Maharaja Caya Purusa terpaku karena tahu bahwa cecangkriman Prabhu Kanya tidak ada penangkalnya. Semua pikiran dipusatkan dan tak ada yang terlewatkan. 
Ditahannya Sanghyang Urip (jiwa), dirobeknya tubuh Sanghyang Pradana, juga mantranya Dewa / Bhatara Guru
Panca Bayu dan Panca Atma bergerak terlebih dahulu dan segera menghilang. 
Maharaja Caya Purusa menemui ajalnya, namun segera diselamatkan oleh Patih Pradwangsa. 
Semua prajurit menjadi bersedih, tercengang dengan kesaktian Prabu Kanya.
Berselang beberapa saat kemudian, datanglah Raja Kama Rupini dari angkasa dan berkata, 
"Wah tuan telah mati. Sungguh tega tuan membiarkan cecangkriman hamba. Hambalah yang menyebabkan kematian tuan, sehingga hamba seakan-akan temoda. Lebih baik hamba mati." 
Ditahanlah Sanghyang Urip, kemudian menghilang dan matilah Maharaja Kama Rupini. Lalu segera dipegang oleh Patih Rajapati. 
Setelah keduanya meninggal dunia terdiam bisu. Dewata Nawa Sanga berhamburan dari angkasa, segalanya menjadi diam, dan birunya langit tampak jemih. ........
Dan akhirnya kedua Maharaja Maha Sakti itu hidup kembali berkat Sanghyang Pramana, Sanghyang Menget, Dewa Nawa Sanga, Sanghyang Kamajaya dan tentu atas kehendak Hyang Widhi.

Begitulah kawisesan Maharaja Kama Rupini yang mengandalakan Ajian Cecangkriman sebagaimana dikutip dari salah satu keterangan photo Dewi Uma dalam group Hindu di fb.
***