Pisaca

Pisaca adalah para roh jahat yang dapat menghasut seseorang melakukan perbuatan asubha karma yang dapat mengganggu ketentraman dunia ini.

Sehingga nantinya dalam memasuki sorga atau neraka dalam upacara ngaben disebutkan :
Bila Atmanya mencapai neraka, nerakanya berupa air mendidih, dan disambut oleh Sang Suratma dan para Pisaca. 
Pisaca yang termasuk bhuta kala ini juga disebukan biasanya muncul saat kajeng kliwon dan dalam kitab-kitab Purāṇa, pisaca atau (paisaca) yang disebut setan, dosa, dan kutukan dalam perspektif Hindu juga dijelaskan sebagai berikut. 
  • Makhluk yang berhati dengki yang merupakan perwujudan yang jahat. 
    • Setiap orang, 
    • di mana saja di bumi ini, 
    • dan sejak baru terjadinya alam semesta dipercaya telah hadir roh yang jahat ini. 
  • Menurut Mahābhārata (Ādiparva I) paiśaca merupakan ciptaan Dewa Brahmā
    • Pada masa awal Brahmā menciptakan 18 prajāpati yang dipimpin oleh Dakṣa, Gandharva, dan Paiśaca. 
    • Paiśaca merupakan penghasut segala bentuk kejahatan dan memegang peranan penting di dalam kitab-kitab Purāṇa dan Mahābhārata. 
    • Paiśaca tinggal di istana Dewa Kubera dan memuja-Nya (Sabhāparva XI.49). 
    • Paiśaca tinggal di Gokarṇatī rtha dan memuja Dewa Śiva (Vanaparva LXXXV.25). 
    • Paiśaca sebagai pemimpin roh-roh jahat. 
      • Ṛṣi Marīci dan ṛṣi yang seperti beliau menciptakan roh-roh jahat (Vanaparva CCLXXII.46). 
      • Minuman para paiśaca adalah darah 
      • dan makanannya adalah daging (Droṇaparva L.9). 
    • Para bhūta (roh-roh jahat) menjadikan Ravaṇa raja mereka (Vanaparva CCLXXV.88). 
    • Dalam perang Bhāratayuddha
      • Kuda yang menarik kereta raksasa Alambuṣa adalah para paiśaca (Droṇaparva CLXVII.38). 
      • Dan juga banyak paiśaca menjelma menjadi raja (Aśramavāsikaparva XXXI.6).
    • Paiśaca bertempur melawan Karṇa dan ia berpihak menolong Ghaṭotkaca (Droṇaparva CLXXV.109). 
    • Arjuna mengalahkan paiśaca saat terbakarnya hutan Khāndava (Karṇaparva XXXVII.37). 
      • Paiśaca muncul saat pertempuran Arjuna dengan Karṇa (Karṇaparva XXXVII.50). 
      • Paiśaca memuja Dewi Parvatī dan Parameśvara yang sedang bertapa di puncak gunung Muñjavān (Aśvamedhaparva VIII.5). 
Di dalam susastra Jawa Kuno kata paiśaca ditulis dengan paiśāca yang artinya tidak jauh dengan makna di dalam Veda dan susastra Sanskerta
yakni nama jenis makhluk halus, mungkin disebut demikian karena kegemarannya akan daging (piśa untuk piśita) atau karena warnanya yang kekuning-kuningan; setan, iblis, raksasa, jin, makhluk yang berarti dengki atau jahat.
Di dalam Ādiparva (30) dinyatakan: saṅ Mṛgi makānak piśāca gaṇa bhūta........; kata ini dapat juga dijumpai dalam Bhīṣmaparva 109; Agastyaparva 378; 385; Rāmāyaṇa 8.128; 20.3; 23.29; Sumanasantaka 147.10; Sutasoma 125.11 (Zoetmulder II,1995:826). 

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka di dalam kitab suci Veda, kitab-kitab Purāṇa, 
setan dapat diidentikkan dengan paiśaca, bhūta, rakṣasa, daitya, dan asura yang menghasut atau mendorong terjadinya kejahatan, dapat merasuki setiap orang dan bahkan menjelma menjadi raja sebagai pemimpin sebuah negara, dan lain-lain.\
***