Caru Panca Sata

Caru Panca Sata | merupakan kurban suci untuk menjaga kestabilan perputaran roda cakra alam dan diri kita ini dalam lima arah yang bertujuan untuk nyupat bhuta kala yaitu dengan mengharmoniskan para bebhutan dari lima arah yaitu :
    • Bhuta Jangitan dari arah Timur,
    • Bhuta Abang/merah = Bhuta Langkir dari arah Selatan,
    • Bhuta Kuning = Bhuta Lembukanya dari arah Barat,
    • Bhuta Ireng/hitam = Bhuta Taruna dari arah Utara,
    • Bhuta Tiga Sakti di Tengah.
Dimana pelaksanaannya dapat dipuput oleh jro mangku sonteng yang telah melaksanakan upacara eka jati sebagai kesucian diri dalam hal menghantarkan persembahan suci.

Pelaksanaan caru Panca sata ini juga diamanatkan oleh“Bhagawad Gita” sebagai perputaran Cakra Yadnya ‘berkurban secara timbal balik antara Tuhan dengan manusia :
Evam pravartitam cakram
nānuvartayatītha yah,

aghāyur indiyārāmo

mogham pārtha sa jīvati (B. G. III. 16)
‘Dia yang didunia ini tidak ikut memutar roda (cakra yadnya) yang sudah ditetapkan untuk selalu bergerak, adalah jahat di dalam sifatnya, hanya pemuasan indria saja yang menjadi tujuan hidupnya dan orang seperti itu wahai Partha (Arjuna) akan hidup sia-sia’.
Salah satu tindakan yang mengikuti konsep cakra yadnya ialah Caru Panca Sata ini.

Tetandingan banten caru untuk panca sata ini dilengkapi dan dilakukan dengan cara :
  • Setelah bahan utama selesai dibuat, jumlah sate dan bayuhan dari masing-masing warna ayam ditentukan dengan urip/neptu pengider-ider ‘hitungan angka-angka mistis dihubungkan dengan arah mata angin yaitu : utara, timur, selatan, barat dan tengah.
  • Dan bantennya dilengkapi pula dengan soroan: peras, penyeneng, pengambeyan dan lain sebagainya, untuk banten pesaksi ‘bentuk persembahan untuk memohon saksi’ ke Surya. Banten pemiak kala, prayascita, durmangala sebagai pebersihan.
  • Bayang-bayang ditata dan dibentangkan di atas sengkui, di lengkapi dengan sorohan banten caru, tumpeng dan nasi menurut warna, urip masing-masing ayam atau arah mata angin. Masing-masing dilengkapi dengan sanggah cucuk, diatasnya diletakkan banten dananan. Tetabuhan (arak, berem dan air) dimasukkan dalam cambeng. Masing-masing jenis ayam dilengkapi dengan sanggah cucuk.
  • dll
Untuk menghantarkan, mempersembahkan, memantrai’ caru ini yang disebutkan sebaiknya dilaksanakan oleh pemangku dengan tata caranya disebutkan sebagai berikut :
  • Terlebih dahulu dilakukan dengan mantra penyucian diri, dan memohon tirtha penglukatan. Selanjutnya Mebiakala/byakaon, matur piuning
  • Memohon saksi kepada Ida Hyang Widhi Wasa dalam prabawa sebagai Sang Hyang Surya Raditya’ di hadapan sanggah surya.
  • Dilanjutkan dengan makalahias/pebersihan/nyapsap ‘pembersihan secara niskala’.
  • Puncaknya:
    • Ngaturang caru (ngundang bhuta, penyuguhan kepada bhuta, ngewalian mengembalikan’ bhuta agar menjadi Dewa), nuludang sanggah cukcuk ke arah tengah, dan ngerarung caru.
Demikianlah disebutkan upacara Caru Panca Sata ini dilaksanakan untuk nyupat bhuta kala agar terjaga kestabilan perputaran roda cakra alam dan diri kita ini.
***