Widyadari

Widyadari ("Bidadari"; "Dedari") adalah lambang kekuatan kesucian yang dalam prabawa-Nya juga sebagai penyambut para atma ketika akan menuju alam sorga.

Perwujudannya seperti halnya terlihat dalam makna Tari Rejang Dewa sebagai simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun Bhatara turun ke dunia yang dilakukan pada waktu melasti atau turun ke peselang atau Tari Rejang Dewa biasanya ditampilkan ketika diadakan acara – acara keagamaan atau ritual tertentu lainnya.

Para Bidadari tersebut akan menyambut dengan sangat ramah yang pada suatu tempat atau kahyangan bernama banjaran kembang yang dipenuhi berbagai warna-warni bunga.

Sesuai dengan karma wasana semasih hidup, sang atma dalam perjalanannya menuju sorga atau neraka dalam upacara ngaben akan disambut oleh para bidadari - bidadari :
  • Di utara disambut oleh bidadari yang bernama Tunjung Biru.
  • Di timur disambut oleh bidadari yang bernama Dewi Supraba.
  • Di selatan disambut oleh bidadari yang bernama Gagar Mayang.
  • Di selatan disambut oleh bidadari yang bernama Ken Sulasih.
  • Di tengah disambut oleh bidadari yang bernama Dewi Suparni.
Para widyadari sebagai lambang kekuatan kesucian tirtha disebutkan,
  • Gagar Mayang sebagai kekuatan dalam kesucian skala dan niskala.
  • Saraswati sebagai kekuatan dalam kesucian kepradnyanan (kecerdasan) dan kewibawaan.
  • Ken Sulasih sebagai kekuatan dalam kesucian intuisi.
  • Widyadari Nilotama sebagai kekuatan dalam kesucian peleburan segala bentuk kekotoran jiwa dan raga.
  • Widyadari Supraba sebagai kekuatan dalam kesucian pembebasan (Moksa).
Selain tetandingan banten pengladagan dedari dalam upacara pagedong gedongan yang menggunakan tetebus putih kuning, dalam memaknai kekuatan dalam kesucian para dewata yang diiringi para bidadari semuanya pada saat bulan suci purnama dan tilem yang dalam lontar wariga gemet sundarigama disebutkan sepatutnyalah kita melakukan sembahyang dengan menghaturkan Tarpana, banten wangi dll di Sanggar Parhyangan.