Immanent

Immanent (Immanen) berarti meresapi dan hadir pada segalanya termasuk meresapi pikiran dan indriya (sira wyapaka),

Ia yang meresapi segalanya tersebut dalam Lontar Bhuwana Kosa disebutkan bahwa :
Sivas sarvagata suksmah
bhutanam antariksavat,

acintya maha grhyante,
na indriyam parigrhyante
Bhattara Siwa swa wyapaka, sira suksma tar kneng angen-
angen, kadyangga ning akasa, tan kagrhita de ning
manah mwang indriya
("Bhuwana Kosa II.16"; Tuhan Dalam Siwa Tattwa)
Walaupun demikian, Ia tidak dapat dilihat dengan kasat mata, karena Ia bersifat sangat rahasia, abstrak namun Ia ada dimana-mana, pada semua yang ada ini. 
Ia yang dipuja dan dihayati dalam posisi berwujud yang dalam Brahma Widya disebutkan sehingga Ia dapat dijangkau oleh rasa atau daya pikir manusia.

Sebagai simbol komunikasi, secara immanent dan transendental yang dipedomani oleh masyarakat Hindu di Bali juga disebutkan :
Panca Aksara sebagai bagian dari Wijaksara aksara suci dalam kajang yang berdasarkan tata letak/komposisi sebagai simbol komunikasi dalam upacara Ngaben
Bhatara Siwa yang juga dalam Lontar Siwa Sasana disebutkan merupakan Sanghyang Widhi itu sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana dijelaskan, Hindu memiliki konsep Ketuhanan dan ajaran yang jelas dan masuk akal oleh DewaPos disebutkan :
Tuhan meresapi seluruh ciptaan-Nya dan tidak ada segala sesuatu yang tidak berisi resapanNya. 
Secara ilmiah dapat dikatakan bahwa :
diibaratkan Tuhan dalam wujud yang paling kecil seperti atom yang di dalam bahasa Sanskerta disebut anu yang dibedakan menjadi dua bagian yakni Danabhaga dan Vibhaga yang dalam istilah modern :
    • Danabhaga sebagai unsur molekul yang mengandung muatan positif 
    • dan Vibhaga sebagai unsur negatifnya. 
Molekul yang mengandung muatan unsur positif inilah disebut proton dan unsur muatan yang negatif disebut elektron (Vibhaga). 
Unsur Danabhaga (positif) senantiasa tidak pernah berhenti mengejar unsur yang bermuatan Vibhaga (negatif). Bentuk pengejarannya itu berbentuk elips. 
Di dalam istilah modern, muatan positif atau proton senantiasa mengejar yang bermuatan negatif (elektron). 

Di dalam kehidupan para Dewa, terutama Dewa Siwa yang disebut juga Siwa Nataraja, yaitu Siwa yang menari. 
Dewa Siwa Nataraja ini menarikan tarian jagat raya atau tarian kosmik. Tarian kosmik itu sebenarnya juga merupakan gerakan universal jagat raya dalam wujud pengejaran Danabhaga mengejar Vibhaga yang berbentuk elips. 
Dimana disebutkan Beliau memutar dunia ini dengan gerakan mudranya yang mempunyai kekuatan gaib.

Dengan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas dan meresapi segala ciptaanNya tersebut agar keharmonisan bhuwana agung dan bhuwana alit sebagai aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana dalam perayaannya di Pura Agung Besakih, disebutkan dilaksanakan dengan upacara Eka Dasa Rudra, manakala angka satuan dan puluhan dalam perputaran tahun saka mencapai angka 0 kembali.
***