Umbul-Umbul

Umbul-umbul adalah lembaran kain berbentuk segi tiga memanjang / meninggi yang semakin ke atas semakin mengecil / mengrucut dan pada ujungnya dihiasi dengan segi tiga.
Sistem budaya yang terdiri dari gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai, norma, dan pandangan oleh pemangku kebudayaan diwujudkan secara yang disebut social system atau sistem kemasyarakatan yang
berwujud "kelakuan" maupun material culture "hasil karya kelakuan.
Umbul-umbul sebagai material kultur, tidak cukup hanya diberi perhatian/perlindungan. Kreativitas yang inovatif di jaman sekarang perlu diantisipasi dan menjadi tanggungjawab kita bersama khususnya PHDI (Parisada Hindu dharma Indonesia) yang wajib dan berkepentingan dibidang tersebut.
Generasi kini tanpa diharapkan telah mencari dan mengupayakan penciptaan karya seni baru seperti umbul umbul sesuai dengan jiwa zamannya dan secara tidak disadari memilah dan mengesampingkan nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya.

Perubahan yang kerap terjadi pada jenis umbul-umbul berdasarkan pengamatan yang dilakukan terletak pada penempatan dan struktur yang ada. Kesamaan struktur umbul-umbul yang dijadikan sarana upacara keagamaan dengan yang dijadikan dekorasi dibeberapa tempat umum hampir tidak ada perbedaan.
  • Menurut Parisada Hindu dharma Indonesia umbul-umbul yang disakralkan hendaknya diisi gantungan. Gantungan yang dimaksud mungkin bentuk jantung/hati yang ada pada ujung umbul-umbul. 
  • Menurut Ida Pedanda Gde Pasuruan dari Griya Sibetan Karangasem, yang terpenting dalam umbul-umbul selain ada gambar Naga Taksaka sebagai simbol penguasa alam atas, harus ada segi tiga pada ujungnya. 
    • Dan ujungnya itulah sebenarnya yang disebut umbul-umbul. Adapun makna dari umbul-umbul tersebut adalah nada atau aksara nada. 
    • Makna dari naga itu sendiri adalah sebagai penuntun atau tali penuntun yang menghubungkan umat dengan tuhannya dalam upaya mendapatkan merta atau kesejahteraan. 
  • Menurut Ida Bagus Sudarsana seorang agamawan, hiasan umbul-umbul adalah naga gombang sebagai simbol air dan kekuatan wisnu dengan aksara Ungkara.
Sebagai salah satu pengawin, disebutkan pula bahwa untuk mendapatkan ukuran ideal disebutkan secara tradisional Bali, umbul-umbul dibuat dengan menggunakan hitungan Candi, Rebah, Gunung, Rubuh. Adapun hitungan tersebut biasanya terkait dengan fungsi seperti:
  • Hitungan Candi sangat baik untuk membuat bangunan suci, 
  • Hitungan Rebah tidak baik untuk digunakan, 
  • Hitungan Gunung sangat baik untuk membuat umbul-umbul, dan
  • Hitungan Rubuh juga tidak baik untuk dipergunakan. 
Untuk mendapatkan hitungan Candi, Rebah, Gunung, Rubuh, menggunakan hitungan hasta yaitu mulai dari siku sampai dengan ujung jari tangan. Seperti yang telah diingatkan sebelumnya, mengukur apapun tetap pengguna atau pemiliklah yang diukur sehingga umbul-umbul yang digunakan lebih bermakna dalam suatu upacara keagamaan.
***

Umbul-Umbul sebagai simbul penjaga dalam salah satu lelontekan yang bergambar seekor naga (Naga Gombang) disebutkan merupakan kekuatan Dewa Wisnu dengan satranya "Ungkara".

Umbul-umbul ini dalam berbagai upacara yadnya atau piodalan berada dalam urutan ketiga setelah bandrang dan tombak.

Umbul-umbul” adalah sejenis bendera Hindu Bali dengan tinggi kira-kira 5 sampai 10 meter, berlukiskan naga yang sangat dekoratif dan agung. 
Sering ditempatkan di area pura atau digunakan sebagai sarana dalam parade prosesi Hindu Bali sebagai salah satu perangkat dalam sebuah tempat suci/Parhyangan.
Dilihat dari bentuknya yang unik dan menarik memberikan inspirasi pada masyarakat untuk membuat padanannya sehingga dimungkinkan untuk digunakan dalam konteks yang bersifat profan. 

Secara kasat mata dengan dipancangkannya umbul-umbul lebih memberi kesan kemeriahan suasana. Inilah mungkin salah satu alasan diadopsinya umbul-umbul walau dalam bentuk dan aksesoris yang berbeda untuk kepentingan di luar kegiatan seremonial religius Hindu
Sepanjang tidak menyertakan idiom-idiom Hindu hal tersebut sah-sah saja dilakukan. Umbul-umbul dalam agama Hindu adalah benda yang suci dan disakralkan.
Hal ini disebabkan oleh karena umbul-umbul mempunyai mythologinya yang sama pada keberadaan kober maka umbul-umbul itu dihiasi dengan gambar naga (panah naga dari Arjuna).

Pesan yang hendak disampaikan dalam mythologi ini adalah sebagai manusia hendaklah tidak hidup dalam kesombongan karena akan membawa dampak negatif dalam diri sendiri dan orang lain.
***