Siklus Kehidupan

Siklus Kehidupan adalah perputaran dalam sebuah lingkaran kehidupan di alam ini.
  • Berputar sesuai dengan hukum rta karena adanya dua unsur yang disebut purusha pradana yaitu benih kekuatan awal dalam urutan penciptaan.
  • Dimana terjadinya ciptaan seperti benda-benda brahmanda pada mulanya diceritakan tidaklah sekaligus melainkan tahap demi tahap.
  • Kelahiran, kehidupan dan kematian bagi setiap mahluk hidup merupakan sesuatu yang alami;
    • Dimana dalam makna perputaran Tri Kona disebutkan bahwa :
      • Itulah hal yang melukiskan keberadaan Tuhan yang sudah dalam keadaan krida.
  • Namun atman sebagai jiwa setiap mahluk hidup disebutkan tetaplah bersifat abadi dan melekat dengan hasil dari karma wasana yang telah diperbuat di dunia ini.
Dan jika kita perhatikan bahwa alam ini juga semuanya mengalami siklus ( perputaran ), bahkan planet-planet ini bisa stabil pada tempatnya karena berputar.
  • Ada perputaran siang dan malam; 
  • Perputaran waktu;
  • Perputaran rantai makanan;
  • Perputaran dari air laut mejadi awan, kemudian turun hujan dan kembali ke laut, dan masih banyak lagi jenis-jenis perputaran kehidupan. 
Intinya bahwa segala sesuatu di alam ini mengalami perputaran sehingga bisa stabil. 

Demikian juga manusia yang lahir, tumbuh besar, kemudian meninggal maka akan mengalami perputaran untuk lahir kembali. 

Dari pemahaman ini jelas bahwa manusia akan mengalami punarbhawa dimana siklus atman disebutkan dalam sloka Bhagawad Gita disebutkan :
Seperti halnya sang jiwatman yang melewatkan waktunya dalam badan ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian juga bila ia berpindah ke badan yang lainnya. ( Bab II, sloka 13 )
Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian usang dan mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah jiwatman yang berwujud mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan jasmani baru.
( Bab II, sloka 22 )
Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah pasti dan pasti ada kelahiran bagi mereka yang mati, sehingga terhadap hal yang tak terrelakkan ini janganlah engkau berduka.
( Bab II, sloka 27).
Setelah upacara ngaben dilaksanakan, keluarga dapat tenang mendoakan leluhur dari tempat suci dan pura masing-masing. 
Inilah yang menyebabkan ikatan keluarga di Bali sangat kuat, karena mereka selalu ingat dan menghormati lelulur dan juga orang tuanya.  
Terdapat kepercayaan bahwa roh leluhur yang mengalami reinkarnasi akan kembali dalam lingkaran keluarga lagi, jadi biasanya seorang cucu merupakan reinkarnasi dari orang tuanya.
Manusia dalam perjalanan hidupnya hendaknya tidak mengotori bumi ini. Setelah meninggalkan bumi ini, maka jasad seorang manusia akan kembali keasalnya yaitu panca maha bhuta baik berupa udara, tanah, air, dan partikel lainnya meski dikubur, dibakar atau ditaruh dimana saja. 
Hilang ditelan bumi dan kembali kita melihat lautan yang biru sebagai simbul kebesaran Tuhan. 
Karena umat hindu percaya akan punarbawa atau lahir kembali kedunia maka mungkin saja kita telah hidup beribu – ribu tahun di dunia ini dengan tujuan Moksatham Jagadita Ya Caiti Darma atau bersatu dengan Tuhan. 

Dimana disebutkan dalam upacara adat ngaben, tradisi sakral umat Hindu di Bali (Ngaben, Sacred Tradition Of Hindus in Bali) sebagai wujud doa dari keluarga agar anggota keluarga mencapai tujuan hidup tertinggi ini disamping menjaga kebersihan bumi dengan tidak meninggalkan kotoran di bumi. 
  • Jasad sama halnya dengan batu atau daun – daun kering setelah roh meninggalkan jasad itu. 
  • Jadi jangan sia -siakan hidup ini dan disebutkan hendaknya selalu berbuat baik. 
    • Karena mungkin saja atman kita yang bersifat abadi telah mengarungi beribu – ribu tahun sehingga menjadi manusia sempurna dan hendak bersatu dengan Tuhan nantinya.
***