Bahasa Weda

Bahasa Weda adalah bahasa sansekerta yang dipergunakan ketika dahulu wahyu itu turun dan demikian pula ketika Kitab Suci Weda itu dituliskan yang disebutkan terdiri dari beberapa tingkatan dan kelompok bahasa.
Dapat kita lihat pada kenyataannya bahwa setiap agama juga memiliki bahasa wahyunya tersendiri, 
dan biasanya bahasa kitab suci mereka adalah bahasa dimana wahyu tersebut diterima atau diturunkan. 
Begitu pula sejarahnya yang terjadi pada agama Hindu, kitab suci Weda menggunakan bahasa Sansekerta.
Karena Maha Rsi penerima wahyu Weda tersebut menggunakan bahasa sansekerta. Sampai saat ini bahasa sansekerta juga digunakan dalam penulisan susastra Hindu.
Istilah bahasa sansekerta adalah bahasa yang dipopulerkan oleh Maharsi bernama Panini yang hidup pada abad ke VI sebelum masehi. 
Pada waktu itu Maharsi Panini mencoba menulis sebuah kitab Vyakarana (tata bahasa) yang kemudian terkenal dengan nama Astadhayayi yang terdiri dari delapan Adhyaya atau bab yang mencoba mengemukakan bahwa bahasa yang digunakan dalam Weda adalah bahasa dewa-dewa. 
Bahasa dewa-dewa yang demikian dikenal dengan “Daivivak” yang berarti bahasa atau “sabda dewata”.
Kemudian atas jasa Maharsi Patanjali yang menulis kitab “Bahasa” dan merupakan buku kritik yang menjelaskan kitab Maharsi Panini yang ditulis pada abad ke II sebelum masehi, 
makin terungkaplah nama Daivivak untuk menamai bahasa yang digunakan dalam penulisan karya sastra seperti Itihasa (Sejarah), Purana (cerita-cerita kuno/mitologi). 
Penulis yang tampil setelah Maharsi Panini adalah Maharsi Katyayana. Katyayana hidup di abad ke V sebelum masehi. 
Katyayana dikenal juga dengan nama Vararuci dan di Indonesia salah satu karya dari Maharsi Vararuci yaitu Sarasamuccaya telah diterjemahkan kedalam bahasa Jawa Kuno pada masa kerajaan Majapahit.
Dengan perkembangannya yang pesat sesudah diturunkannya Weda, kemudian para ahli Sansekerta membedakan bahasa Weda kedalam tiga kelompok, yakni:
  • Bahasa Sansekerta Weda (Vedic Sanskrit) yakni :
    • Bahasa sansekerta yang digunakan dalam Weda yang umumnya jauh lebih tua digunakan dalam berbagai susastra Hindu seperti dalam Itihasa, Purana, Dharmasastra, dll.
  • Bahasa Sansekerta Klasik (Classical Sanskrit) yakni :
    • Bahasa sansekerta yang digunakan dalam karya sastra (susastra Hindu).
    • Seperti Epos Ramayana dan Mahabharata, 18 Mahapurana dan 18 Upapurana, Smrti (kitab-kitab Dharmasastra), kitab-kitab Agama (Tantra), dan Darsana yang berkembang sesudah Weda.
  • Bahasa Sansekerta Campuran (Hybrida Sanskrit).
    • Dan khususnya untuk Indonesia oleh para ahli menamai sansekerta kepulauan (Archipelago Sanskrit). 
Baik sansekerta campuran maupun sansekerta kepulauan keduanya ini tidak murni menggunakan kosa kata atau tata bahasa Sansekerta sebagaimana yang digunakan dalam kedua kelompok sebelumnya (Sansekerta Weda dan Sansekerta Klasik).
Contoh sansekerta campuran dapat dijumpai di India terutama pada masyarakat yang tidak menggunakan bahasa sansekerta (kini menjadi bahasa Hindi) seperti di India Timur atau Selatan, 
Sedangkan di Indonesia dapat kita lihat dari Sruti, Stava atau Puja yang digunakan oleh para pandita atau sulinggih yang ada di Bali.
Demikianlah Bahasa Sansekerta tersebut digunakan sebagai bahasa dalam tulisan Weda sebagai sumber dan Kitab Suci Hindu yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Hyang Widhi melalui para Rsi, dikumpulkan atau dihimpun menjadi suatu kitab suci.
***