Asta Brata, konsep kepemimpinan

Asta Brata merupakan 8 konsep ajaran kepemimpinan atau leadership Agama Hindu.

Dimana pada zaman dahulu dalam rangkuman materi agama Hindu disebutkan pemimpin yang berpedoman pada asta brata ini disebutkan seperti :
  • Sang Rama Dewa
Ketika memimpin Kerajaan Ayodhya Pura dalam Epos Ramayana.
  • Sang Bharata dalam memimpin Kerajaan Astina Pura.
  • Sang Yudistira disebut sebagai Dharmawangsa yang memiliki jiwa kesetiaan.
  • Raja Hari Chandra.
  • Mahatma Gandhi.

Dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia, Asta Brata (ref1) dijelaskan bahwa asal kata dari Asta Brata terdiri dari dua suku kata yaitu :
  • Asta berarti 8, sedangkan;
  • Brata (atau ejaan yang dipersamakan beratha, bratha dan berata) adalah sikap atau laku.
Jadi "Asta Brata" merupakan 8 (delapan) ajaran, filsafat atau ilmu kepemimpinan yang mulia dari warisan tanah Nusantara yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas sebagai seorang pemimpin.

Kedelapan ilmu kepemimpinan tersebut terdiri dari :

1. Surya atau mentari.
Dia memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Analogi ini mengharapkan seorang pemimpin untuk mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan bathin untuk dapat berkarya secara maksimal menurut swadharma atau bidang tugasnya masing-masing.

2. Candra atau rembulan.
Memancarkan sinar di kegelapan malam. Cahaya rembulan yang lembut akan mampu menumbuhkan semangat dan harapan di tengan kegelapan. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat rakyatnya, walau dalam kelamnya duka karena bencana.

3. Kartika atau bintang.
Memberikan sinar indah kemilau, jauh di langit, sehingga dapat menjadi petunjuk arah bagi yang memerlukan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan untuk berbuat kebaikan. Tak pernah ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

4. Angkasa atau langit.
Luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya memiliki keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung aspirasi atau pendapat rakyatnya yang beraneka ragam.

5. Bayu atau angin.
Selalu ada dimana-mana, tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang kosong. Seorang pemimpin hendaknya dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.

6. Samodra atau lautan.
Betapapun luasnya samudra, senantiasa mempunyai permukaan yang rata, bersifat sejuk menyegarkan. Sang pemimpin hendaknya mampu menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Agni atau api.
Api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancur leburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas, tuntas dan tanpa pandang bulu.

8. Pertiwi atau bumi/tanah.
Bumi mempunyai sifat kuat sekaligus murah hati. Selalu memberi hasil kepada siapapun yang mau berusaha mengelola dan memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, senang beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Demikian dijelaskan dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang Asta Brata ini.

Dalam pengembangan ajaran ini, Patih Gajah Mada seperti dijelaskan dalam artikel blog Paris Sweet Home, telah mengembangkan konsep dasar kepemimpinan ini menjadi 18 yang disebut dengan Asta Dasa Berata Pramiteng Prabhu yaitu terdiri dari :
  1. Wijaya; bersikap tenang dan bijaksana.
  2. Matri Wira; berani membela yang benar.
  3. Natanggwan; mendapat kepercayaan rakyat,
  4. Satya bhakti a prabhu; taat kepada pemimpin/pemerintah.
  5. Wagmi wak; pandai berbicara dan meyakinkan pendengar.
  6. Wicak saneng naya; cerdik menggunakan pikiran.
  7. Sarja wopasana; selalu bersikap rendah hati.
  8. Dirotsaha; rajin dan tekun bekerja.
  9. Tan satresna; jangan terikat/mengikatkan diri pada satu golongan atau persoalan.
  10. Masihi semesta Buwana; bersikap kasih sayang kepada semuanya.
  11. Sih Semesta buwana; dikasihi oleh semuanya;
  12. Negara Ginang Pratidnya; selalu mengabdi dan mendahulukan kepentingan negara.
  13. Dibya cita; toleran terhadap pendirian orang lain.
  14. Sumantri; tegas dan jujur.
  15. Anayaken musuh; selalu dapat memperdaya musuh.
  16. Waspada Pubha wisesa; waspada selalu/introspeksi.
  17. Ambeg Paramartha; pandai mendahulukan hal-hal yang lebih penting.
  18. Prasaja; hiduplah sederhana.
Dengan pengembangan konsep leadership ini, Patih Gajah Mada menjadi seorang tokoh nasional yang mampu mempersatukan Nusantara sampai ke Kepulauan Madagaskar, Malaysia, hingga Filipina selatan pada masa kejayaan Majapahit.
***